Sebuah adegan demo jalanan yang selintas bisa dilihat seperti apa penampilan mereka. ( Foto: Antara/Sigid Kurniawan )
Apa yang dituntut pendemo atas nama mahasiswa kali ini ? Tak jelas. Tapi ada dua hal yang tampak samar-samar melandasi demo itu: tuntutan harga bensin dan wacana penundaan pemilu dengan tema Presiden 3 Periode.
Pertama, tentang harga bensin mengapa naik, sebenarnya alasan kenaikan bisa dibaca di media manapun. Hanya memang, para pejabat pembantu presiden itu kurang becus menjelaskan alasan kenaika dan harga perbandingan dengan negara lain. Bahkan bensin yang disubsidi pemerintah kepada rakyat, tak tersampaikan. Ditambah banyak orang menjadi pemalas dalam soal membaca informasi.
Issue kedua, penundaan pemilu 2024 atau perpanjaangan presiden 3 periode.
Issue ini sudah bergulir sejak 6 bulan lalu. Dikelola sekelompok oposisi pemerintah. Apalagi ada bawahan presiden yang gampang berujar. Untungnya presiden Jokowi, sejak dini, segera memberi pernyataan bahwa tidak ada istilah perpanjangan 3 tahun, sebab undang-undang hanya menyebutkan 2 tahun. Titik.
Jebakan Empuk
Tim kepercayaan Presiden Jokowi menyadarkan bahwa tuntutan itu datang dari beberapa parpol pinggiran Istana yang kesulitan mencari issue yang tepat untuk menjatuhkan presiden. Issue ini merupakan jebakan lembut Jokowi di era terakhir pemerintahannhya. Jika Jokowi menerima, beliau akan dikenang sebagai presiden yang sewenang-wenang dan melawan hukum. Itu target oposan. JKW tahu itu. Dan itu bukan wataknya.
Yang tidak mau tahu adalah para pendemo yang sebagia mahasiswa ( dengan jaket khasnya), preman yang memakai jas kampus, dan mereka yang jelas-jelas dari kelompok agama radikal, dilihat dari seragam dan peci putih dan kebrutalannya di lapangan. Ini kerja operator lapangan. Mereka selalu menggabungkan kekuatan mahasiswa yang mudah emosi, pengin menonjol, mengundang kelompok agama radikal, memungut para preman berandalan di jalanan dan beberapa orang tokoh yang siap berorasi di saat demo. Pola demo seperti itu,
Sebagian dari mereka inilah yang membantai Ade Armando secara sadis, brutal, barbar dan penuh kebencian.
Apa para pendemo tidak tahu soal penolakan wacana tiga periode dari Presiden ? Mereka tidak mau tahu apapun informasi yang mereka peroleh dari luar. Itu yang membuat pendemo turun ke jalan, dan itu pula pemicu alasan.
Pasukan Nasbung dan Acar Gembira Ria
Ada kenaikan bensin atau tidak, ada wacana 3 periode atau tidak, demo barbar seperti kemarin akan selalu ada dan terus ada selama para bohir dan pedagang politik, masih punya uang dan dibiarkan merajalela. Mereka menginginkan struktur kekuasaan yang bisa mereka kendalikan. Mereka perlu mengamankan kekayaan mereka, sekarang hingga anak cucu nantinya. Mereka itulah yang selalu menggelontorkan dana, jika konseptornya, yakni tokoh yang telah memiliki issue, siap digerakkan.
Ada konseptor, ada bohor, ada operator lapangan, ada yang ingin tampil di kancah politik, dan ada begitu banyak orang-orang yang bodoh yang mudah disulut hanya dengan bungkus nasi dan issue agama,.
Jangan percaya bahwa Badan Intelejent Nasional ( BIN) tidak tahu siapa bohir pendemo. Polanya tampak jelas. Demo dilakukan untuk menggoyang Presiden Jokowi dan stabilitas nasional. Demo dilakukan oleh sembarang orang yang bersedia dibayar puluhan ribu untuk membuat negara ini gaduh. Ada operator lapangan yang gesit melakukan urusan komiersil begini. Jika perlu, bikin kerusuhan atau kekerasan yang bisa mengundang perhatian dunia.
Terakhir, selalu ada adegan, dimana bohir naik mobil mewah, turun ke suatu tempat disambut para kroninya, lalu masuk ke gedung, makan-makan besar sambil tertawa terbahak-bahak dan foto bersama. Jika perlu menegak minuman sambil merayakan kegiatan keberhasilan demo yang ketika mereka sedang bergembira, para pendemo sedang berjuang dari kejaran polisi dan sengatan matajari. Mereka tak akan pernah memikirkan nasib para pendemo bodoh yang mau dibayar dengan nasbung den selemar keretas untuk transport pulang….
BACA JUGA