Psikopat Terselubung

Saya membaca tulisan-tulisan di media dan media sosial (medsos) tentang gadis berusia 15 tahun yang membunuh teman ciliknya yang berusia lima tahun. Dia membunuh tanpa rasa bersalah dan dia merasa puas usai membunuh. Beberapa psikiater sudah memeriksanya, namun mereka angkat tangan saat gadis itu dengan wajah datar mengatakan, “Saya puas sudah membunuhnya.”

Di ajaran agama saya, apa yang dia lakukan dianggap sebagai pengejawantahan sang “Satan 666”, yang ada di dalam dirinya. Ciri dari dunia yang semakin tua alias tanda akhir zaman di mana segala yang jahat telah dilakukan manusia. Ini bila dikaitkan dgn sisi keagamaan yang saya anut. Orang yang mengalami luka batin menumpuk dan parah akan mengarah ke perilaku psikopat terselubung, dia akan merdeka dan sehat bila kepribadiannya kuat.

Gadis itu mengaku bahwa ia senang menonton film-film horor dan mengimplementasikannya kedalam bentuk nyata, bukan hanya visual semata.

Kisah ini mengingatkan saya pada novel psycho yang berjudul Sybil dengan 24 (kalau tak salah) kepribadian.

Sybil, yang bisa berubah-ubah menjadi sosok yang diinginkannya, membalaskan apa yang dirasa dalam bentuk pribadi yang berbeda-beda. Mungkin ini yang disebut “pribadi pecah” seperti analisis Freud dalam psiko analisisnya. Kisah ini juga mengingatkan saya pada film Sleeping with The Enemy, di mana seorang istri yang tahu bahwa suaminya psikopat suatu waktu bisa membunuhnya.

Begitulah, keberadaan orang-orang dengan kepribadian ganda, pribadi pecah. Bisa jadi mereka lebih berbahaya dari sosok yang menderita skizofrenia yang sesungguhnya. Rata-rata mereka cerdas.

Orang yang gila atau skizo dengan kisaran sudah mencapai stadium 4 atau lebih, akan terlihat secara verbal dari sikap dan perilakunya. Namun, psikopat terselubung sangatlah lihai di dalam menyembunyikan perangai mereka yang sesungguhnya.

Di dunia ini, tanpa kita sadari, banyak orang yang menyimpan sisi psikopat terselubung dengan beragam macam kemasan juga dengan tingkat stadium yg berbeda-beda.

Ada yang menyimpannya dalam bentuk iri hati dan dengki, menyimpan akar pahit dan kecewa dengan masa lalu, merasa tersaingi, kecewa dengan hidup yg itu-itu saja, megalomania, benci pada hal-hal yang menurutnya itu tidak adil untuknya, tukang adu domba rasis, pembuat pernyataan palsu alias pembuat saksi dusta, gila agama bercampur dengan politik saling menjatuhkan, dan lain-lain. Dan, hal ini banyak juga ditemui di dunia pertemanan, ketulusan serta beragam pertimbangan mulai dari materi, pangkat hingga nama besar kerap menjadi tolok ukur. Sisi psikopat terlihat samar.

Stadium yang nyata dan terlihat jelas ada pada si gadis yang berusia 15 tahun itu, dan sakit jiwa terselubung atau psikopat yang tak terlihat itulah yg sangat berbahaya. Mereka bisa saja ada di dekat kita, memanfaatkan apa yang ada pada kita, lalu menjatuhkannya tanpa belas kasihan.

Itu juga ada di dunia kerja. Mencari kelemahan lalu menyusun opini atau skenario jahat agar kita terdepak dari dunia kerja yang sama, itu bisa dilakukan oleh psikopat terselubung. Bisa jadi keberadaan virus corona pun akan digoreng dengan beragam opini psycho yang mereka anggap itu benar.

Jika kita masih berada di kisaran stadium satu atau dua, itu masih tergolong wajar, namun andai sudah memasuki stadium 3, 4, dan seterusnya, sebaiknya Anda segera menghubungi psikiater atau rumah sakit jiwa terdekat untuk konsultasi. Karena, di tengah situasi dunia yang kian mencengkam, penyakit kejiwaan semacam psikopat terselubung sungguh sangat membahayakan diri kita sendiri juga bagi orang lain…

Ps : Tak usah malu mendatangi psikiater jika kita sudah mulai mendengar waham-waham (suara-suara) di telinga, atau mengalami depresi berat. Sehat secara kejiwaan maupun fisik itu yang terpenting…

Istri Tua, Istri Muda dan Minyak Goreng

Avatar photo

About Fanny J. Poyk

Nama Lengkap Fanny Jonathan Poyk. Lahir di Bima, lulusan IISP Jakarta jurusan Jurnalis, Jurnalis di Fanasi, Penulis cerita anak-anak, remaja dan dewasa sejak 1977. Cerpennya dimuat di berbagai media massa di ASEAN serta memberi pelatihan menulis