Oleh HERNA S ZALDY
Tiga fakta tentang puasa.
- Saya mulai menjalankan “ibadah” puasa secara sungguh-sungguh sekitar tahun 1990 – yaitu ketika berusia 30-an. Penyebabnya pun bukan karena ibadah, rukun islam, ngalap pahala, atau dogma agama lainnya, – melainkan lebih karena kejenuhan atas rutinitas yang saya alami – seperti “harus”makan setiap pagi dan tengah hari. Saya pikir gairah dan metabolisma hidup tak boleh dibiarkan rutin seperti itu. Maka saya coba berpuasa.
- Pada hari-hari biasa, saya makan dua kali, siang dan malam. Pagi-pagi hanya “sarapan” secangkir kopi. Hanya itu. Pada bulan Ramadan, apa yang masuk perut jauh lebih banyak dari bulan-bulan sebelumnya. Karena selain dua kali makan (saat buka dan sahur), makanan lain seperti kolak, sop buah, dan lain-lain seperti wajib ikut masuk perut. Intinya, apa yang saya konsumsi di bulan Ramadan jauh lebih banyak dari bulan-bulan lainnya. Hanya waktunya saja yang berbeda.
- Belakangan saya mendapat pencerahan bahwa makna puasa sesungguhnya merupakan “upaya” kita, manusia, agar menyerupai dzat Allah, – yang tidak makan, tidak minum, tidak tidur dan tidak ada nafsu. Dengan berpuasa manusia punya kesempatan berada di Orbit Allah. Itulah barangkali sebabnya kenapa di bulan Ramadan kita dianjurkan untuk lebih banyak beribadah – dalam bentuk shalat (wajib & sunnah), tadarus, dzikir – yang intinya berdoa — mohon diberi kesehatan dan rezeki, dijaga keselamatan dunia, akhirat dan menjadi manusia paripurna. Dengan berada di Orbit Allah besar kemungkinan doa-doa yang kita ucapkan makbul adanya….