Memang romantis kata itu, pengalaman itu. Berkali-kali saya, kita melakukannya atau pernah melakukannya.
Setiap saya melakukan perjalanan jauh yang menarik, di antaranya, tahun orientasi seperti kuliah kerja nyata, tamasya, tugas ke luar negeri, jiarah rohani (pernah, bukan???), dan sebagainya, momen pulang itu selalu menegangkan.
Hasrat berjumpa, berbagi kisah, membagikan oleh-oleh, kepada ibu, ayah, saudara, pacar, atau kawan-kawan di tempat asal, membuat pulang tak kalah berartinya dengan degup-degup keberangkatan.
Apalagi jika perjalanan kita begitu panjang, lama, dan mengesankan, keinginan untuk segera tiba di rumah kerap menggebu-gebu.
Berbeda antara Pulang dan Berpulang.
Definisi berpulang adalah meninggal dunia; tutup usia: ia berpulang malam tadi; akhirnya karena tidak kuasa lagi menahan sakit, ia pun berpulanglah.
Namanya Suminah.
Kakak sepupu yang dipanggil Tuhan , berpulang, kemarin sore, sekira jam 18.30, tepat pada hari raya Maria dikandung tanpa noda.
Memang kebetulan musim penghujan, namun saya percaya hujan suntuk semalam adalah tanda keikhlasan alam ini melepaskan Mbakyu Suminah kembali kepada Sang Kehidupan Sejati.
Relasi Suminah dengan Ibunya, Parjiyem, sangat mirip dengan relasi Rumini dan Salamah.
Seperti halnya Rumini memeluk hangat Ibunya sampai akhir hayat, demikian halnya dengan Suminah.
Dengan kasih sayang yang tak pernah surut, Suminah bertahun-tahun memeluk dan merawat Mbokde Parjiyem, Ibunya yang sudah sepuh dan lumpuh, sampai akhir hayatnya. Bhaktinya pada Ibunya tak diragukan.
Sugeng tindak Mbakyu, kembalilah kepada Gusti Pangeran yang telah lama menantimu.
Beristirahatlah setelah perjuangan yang melelahkan Mbakyu tuntaskan untuk keluarga, bahkan di usia senja dan rentamu.
Bawalah Firman ini sebagai bekal di jalan pulangmu: Yesaya 41:10
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Nderekaken dan selamat berpulang Mbakyu yang tangguh.
Salam sehat dan tetap berbagi cahaya kendati seolah tak membawa beda. Jlitheng.
Penulis: Steven Sukarto