Putin, Diktator yang Macho

Putin, Diktator yang Macho

Dalam berbagai pemunculan, Vladimir Putin menunjukkan aktivitas yang memperlihatkan kemachoannya. Baik berkuda, renang di sungai atau membawa beban berat. Bisa jadi seorang pemimpin seperti ini ingin mempertontonkan kekuasan yang macho juga ? (Foto:Manoramaonline)

Terlepas dari propaganda dan versi cerita dari Rusia dan Amerika, Vladimir Putin adalah sosok yang sangat kuat. Bisa disebut ia adalah seorang diktator. Para pengritiknya “dilenyapkan” dengan cepat. Putin sering berganti posisi, kadang jadi perdana menteri, kadang presiden. Sebuah cara untuk mengakali konstitusi.

Tapi sekarang dia lega, karena setelah perubahan konstitusi, ia bisa jadi presiden seumur hidup. Ini juga terjadi di Cina, Xi Jinping sekarang bisa jadi presiden seumur hidup.

Dan ini juga sedang diupayakan di Indonesia sekarang ini. Mungkin bukan seumur hidup, tapi kalau bisa tiga periode. Minimal perpanjangan masa jabatan.

Tapi memang hanya diktator yang mampu merumuskan peta jalan yang jelas bagi negara. Sebab diktator memiliki power yang cukup. Waktunya juga panjang. Ia tak perlu memikirkan soal pemilu, sebab posisinya telah dikuatkan dengan konstitusi.

Di negara kita, Soekarno bisa disebut diktator bagi penentangnya. Ia pernah diangkat sebagai presiden seumur hidup. Begitu juga Soeharto yang menjabat berkali-kali sampai bosan. Lawan politiknya ditekan dan dilenyapkan.

Tapi kita tahu, seorang diktator sekalipun bukan aktor tunggal.

Diktator harus berbagi kekuasaan agar kediktatorannya langgeng. Dalam hal ini diktator sebenarnya hanya sebuah peran.

Kembali ke soal Putin. Yang menarik, sebagaimana umumnya diktator, Putin selalu digambarkan macho dan pemberani. Tapi ini kisah lumrah. Di Korut, ayah Jong-un, yaitu Kim Jong-il disebut sebagai penemu hamburger.

Tak semua diktator buruk, atau maksud saya, tak semua hal dalam hidup diktator itu serba jelek. Ada hal baik yang mereka lakukan. Putin juga begitu.

Meskipun konon pemerintahan Rusia korup. Apalagi Putin juga membagi kekuasaan dengan para pengusaha, termasuk bos minyak Rosneft. Tapi kita harus jujur, Putin memimpin saat Unisoviet baru saja bangkrut.

Dan Rusia muda memerlukan simbol pemimpin baru. Yang dalam propaganda Putin disimbolkan dengan macho dan berani.

Mirip Soeharto ketika mengambil alih kekuasaan Soekarno. Lelaki dari Kemusuk itu disimbolkan sebagai Bapak Pembangunan.

Soeharto membuka peta jalan baru bagi Indonesia, yang saat itu berada dalam kekacauan perekonomian. Walaupun kemudian, itu juga menjadi rumah bagi para penyamun bernama Mafia Berkeley.

Putin lahir dari sisa-sisa kudeta yang gagal terhadap Gorbachev dari wakilnya sendiri dan polisi rahasia KGB. Saya membaca ini mirip kudeta PKI yang gagal, tapi Soekarno juga jatuh. Aneh, tapi itu diterima sebagai satu versi kebenaran.

Jadi, Putin ini mirip Soeharto. Boris Yeltsin hanya jalan yang mengantarnya ke tampuk kekuasaan. Apalagi dia ini juga pentolan KGB, dalang di balik kudeta yang gagal itu. Di akhir masa kekuasaan Yeltsin, dia juga meminta impunitas dan keamanan pada Putin.

Amerika dan NATO sedang menghadapi seorang diktator yang kokoh. Dan dalam hati saya selalu menjagokan Putin, Jinping, atau siapapun yang mampu menjadi penyeimbang kekuatan Barat.

Karena hakikatnya Amerika juga diktator, meskipun digawangi oleh banyak presiden. Karena kekuatan di balik itu adalah para pengusaha kelas kakap. Ya tak jauh beda dengan Rusia versi demokratisnya.

Maka konflik di Ukraina ini hanya pentas kecil dari lakonan Putin. Tak penting membaca sebab dan alasannya. Karena seorang diktator perlu pembenaran dari citra yang telah dibentuknya.

Jika Soeharto mengusir warga di tiga puluh tujuh desa untuk membangun Kedungombo, maka Putin menciptakan musuh bersama bernama Ukraina.

Soeharto dengan citra Bapak Pembangunannya ingin mewariskan bukti konkret, seberapapun besar bea yang dikeluarkan. Sebagaimana jargonnya waktu itu, jer basuki mawa bea, kesuksesan memerlukan pengorbanan.

Perang adalah cara yang paling tepat untuk mengokohkan citra macho dan pemberani Putin. Ini tentu mengingatkan kita pada pilpres di Indonesia sebelumnya. Ada Capres yang selalu mengesankan publik bahwa dia macho dan pemberani. Jika dia berkuasa, ya tak jauh-jauh dari Putin kisahnya.

Bedanya, kalau Putin berani hajar Barat, yang itu paling jauh hanya jadi bonekanya Barat…

Avatar photo

About Kajitow Elkayeni

Novelis, Esais, lahir di dusun kecil bernama di Grobogan, tinggal di Jakarta. Beberapa karyanya Medhang Kamulan (novel), Rajasa Wilwatikta (kumpulan cerpen), Dua Kelana Mencari Cinta (kumpulan puisi).