Seide.id – Putri Ariani telah membuat semua orang di seluruh dunia (terutama yang suka musik) menangis. Seluruh dunia? Berlebihankah aku? Rasanya tidak. Dunia, dengan teknologi hari-hari ini seperti tak berjarak. Dari pelosok mana pun, bisa menonton dan mengakses di pelosok mana pun. Tersihir oleh Putri.
Putri adalah anak ajaib. Begitu juga Simon Cowel. Tentu, Simon sudah tak pantas disebut anak. Baiklah, Simon kita sebut manusia ajaib, di dunia entertain (terutama musik) modern, hari-hari ini. Hampir semua acara “idol-idolan atau got talent-got talentan”, apa pun yang digagas Simon, berhasil menarik minat penonton di seluruh dunia. Semua acara televisinya, ..dibuat Versi lainnya di negara-negara lain. Jadi, tak berlebihan jika dikatakan bahwa Putri telah membuat orang di seluruh dunia menangis, karena bakatnya yang luar biasa di dunia musik.
Berbicara tentang Putri, aku teringat Mochtar Lubis. Hlo-hlo-hlo…pitiki?. Pitiki itu, maksudnya adalah sebuah pertanyaan berbahasa Jawa: piye tho iki?. Kalimat pendek dengan 5 suku kata itu: pi-ye tho i-ki “dipadatkan” jadi 3 suku kata, jadi pitiki. Arti dalam bahasa Indonesianya adalah: bagaimana sih ini/itu?. Terdengar seperti pertanyaan, tapi sebetulnya itu adalah pernyataan. Pernyataan yang bernada tak percaya.
‘Gimana sih, berbicara tentang Putri Ariani yg berusia 17 tahun, penyanyi, musisi ..kok teringat kepada Mochtar Lubis, wartawan kondang, novelis, tajam, kritis, dan sudah almarhum pula? Tenang,…tenang jangan sewot dulu. ‘Gini, gini…
Mochtar Lubis dalam buku kecilnya, pada tahun ’70an pernah membuat analisa tentang karakter orang Indonesia. Menurut analisanya, ada 6 karakter khas orang Indonesia (aku lupa, urut-urutannya):
1 Bersikap feodal, 2 Percaya tahyul, 3 Enggan bertanggung jawab, 4 Munafik, 5 Berkepribadian lemah. Semua ke-5, 5-nya berkonotasi negatif. Menurutku benar belaka rasanya. Hanya ada satu yang berkonotasi positif: 6 Orang Indonesia itu nyeni (bercitarasa seni).
Nah.. meski pada tahun ’70an ketika Mochtar membuat buku kecil itu, banyak orang Indonesia yang tidak terima dianalisa demikian dan tentu saja banyak yang marah. Tapi menurutku ,…otokritik itu sangat mendekati kebenaran. Terutama, tentang “nyeni” itu.
Tak bisa dipungkiri, bangsa kita dikenal di dunia, memang “hanya” dari (ke)seni(an) dan olahraga. Di luar 2 hal itu ,…apa boleh buat!
Mari kita kembali ke-Putri. Betapa kedua orangtuanya adalah orang-orang hebat. Putri, lahir prematur. Mengakibatkan ada masalah serius di penglihatannya. Orangtua hebat itu, terus menggali bakatnya. Mereka percaya, jika salah satu indra bermasalah atau kurang, pasti ada indra lain yang berlebih. Benar! Indra lainnya yaitu , pengucapan, kelembutan, kecerdasan -dan terutama- kepakaan, …jauh-jauh-jauh melampaui anak-anak seusianya.
Sejak berusia sangat muda (8-9 tahun), Putri sudah menunjukkan bakat luar biasa. Dia lolos di acara Indonesia Got Talent. Bahkan kemudian menjadi juara.
Dalam ajang America Got Talent ini pun, Putri membawakan lagu ciptaannya sendiri. Semua juri, tercenung. Juga tentu saja penonton. Di gedung tempat penyanyi diaudisi, …banyak penonton yang sekuat tenaga menahan airmata. Tapi, tanpa sadar,…air hangat itu menetes sendiri dari banyak mata. Dari banyak rasa.
Ketika Putri membawakan lagu syahdu ciptaan Elton John dan sya’irnya ditulis oleh Bernie Taupin, berjudul “Sorry seems to be the hardest word”, Simon Cowel, tercekat. ‘Manusia ajaib’ penemu banyak bakat di seni pertunjukan dan hiburan ini terkenal kritis dan ‘kejam’. Tapi saat Putri membawakan lagu itu, dia tak kuasa menahan airmata. Dan Simon Cowel tak ingin menutup-nutupi (memang tak seorang pun yang bisa) kenyataan itu.
Putri, seandainya Elton John, mendengarkan lagunya dinyanyikan olehmu seindah itu,… mungkin dia bukan cuma tercekat dan meneteskan airmata haru,… tapi mungkin terjatuh dari kursinya,… karena dia mengangkat ke-4 jempolnya…
Aries Tanjung