Seide.id – Warganya tentu bangga, karena Qatar adalah negara partama di jazirah timur tengah yang dipercaya oleh FIFA menjadi penyelenggara pesta salah-satu cabang olahraga terbesar di bumi.
Penyelenggaraan Piala Dunia sepakbola yang diselenggarakan di Qatar, gaungnya, rasa-sanya, kurang greget, kurang berdentum, kurang pecah, istilah anak milenial. Tak segreget dan segegap-gempita ketika dunia (pria) menyambut Piala Dunia, seperti sebelum-sebelumnya. indikasi ‘kegegap gempitaan’ penyambutan (terutama) kaum bapak itu, aku lihat dari antusiasme di medsos saja sih.
Adakah, ‘ganjalan’ itu karena peristiwa-peristiwa tak enak di belakang penyelenggaraan pesta olanhraga terbesar di planet bumi itu?.
Mari kita, ngrumpi.
Di dalam kancah persepakbolaan dunia, prestasi Qatar tentu masih dibawah Arab Saudi dan Mesir apalagi Turki yamg klub Galatasaray-nya sudah mengEropa atau bahkan menDunia.
Tapi, sacara kesejahteraan orang-per-orang, ..wuiiih, jangan salah. Qatar, yang luas wilayahnya hanya sekitar 11 ribu 500an km persegi saja, cuma sekitar 2x luas Jabodetabek (luas Jabodetabek 6 ribuan km persegi) adalah negri yang sangat kaya. Penduduknya konon yang terkaya nomor 3 di dunia. Entahlah, siapa no.1 dan no-2nya. Yang pasti bukan kita. Kalau terpadat penduduknya?,
..mungkin kita no.3 juga, sama dgn Qatar.
Soal ‘ganjalan yang mengganggu’ di belakang penyelenggaraan itu, antara lain: Ada rumor bahwa Qatar konon membujuk, mempersuasi atau…(terserah apa istilahnya). Tapi, tentu Qatar mengeluarkan biaya sangat besar, dalam rangka ‘menjamu’ para petinggi di FIFA, supaya Qatar menjadi penyelenggara Piala Dunia. Tentu, secara formal, keputusan itu dilakukan berdasarkan undian, kesepakatan, prestasi, persyaratan dasar kesiapan, dll, dst, dsbg.
Secara geografis, Qatar adalah negara sak’uplik di teluk persia itu. Berpenduduk sekitar 3 juta orang ini, diapit atau dikepung(?) oleh Arab Saudi yang jauh lebih besar di sebelah barat sampai ke-selatan, Bahrain di sebelah utara dan laut persia di sebelah timur. Tapi, secara “pergaulan dunia” Qatar jauh lebih modern dan maju. Sepertinya Qatar ingin melesat, meninggalkan negara-negara di kawasan timur-tengah pada umumnya.
Negara-negara timur-tengah, pada umumnya memang kaya raya karena ‘dimanja’ oleh sumber daya alam dari perut bumi, yaitu minyak dan gas. Konon minyak bumi dan gas adalah bahan-bahan yang terkandung dan dihasilkan dari minyak-minyak di tubuh-tubuh fosil hewan. Hlaa, kalau suatu saat habis, bagaimana?
Ha.., embuh.
Kembali ke-sepakbola. Dalam hal prestasi sepakbola dunia, tentu negara-negara Timur Tengah banyak yang merasa lebih layak. Tapi dalam hal pergaulan Internasional, tentu Qatar tak ingin ketinggalan kereta. Dalam hal ini, Qatar ‘menempuhnya’ lewat sepakbola.
Dalam hal kesiapan penyelenggaraan? Nah, iniii. Konon salah-satu syarat untuk bisa menjadi penyelenggara Piala Dunia, tentu yang utama adalah kesiapan fasilitas lapangan. Stadion. Baik kenyamanan, keamanan dan sarana penunjang lainnya untuk para atlet.
Negara penyelenggara kalau tak salah, harus menyediakan paling sedikit, 12 buah stadion bertaraf internasional. Nah, ketika ‘ngebut’ menyediakan segala sarana itulah, banyak pekerja kasar yang sebagian besar dari India dan Pakistan dan Bangladesh. Bukan tak mungkin juga warga Indonesia?. Para pekerja itu dipaksa ngebut, kurang diperlakukan dan mendapat perhatian dengan baik.
Sudah beberapa hari ini, aku tak menonton pertandingan Piala Dunia itu. Jika 1 hari rata-rata 3 pertandingan, berarti sudah 6 pertandingan aku tak menonton. Biasanya jika membuka fb, entah menonton atau tak menonton juga seperti aku, tapi paling tidak para bapak menuliskan skor, hasil akhir, kegembiraan karena negara favoritnya menang, kekesalan karena negara favoritnya kalah, disertai komentar tentang sepakbola (karena semua bapak, mendadak merasa menjadi pengamat sepakbola yang tak kalah tajam, dibandingkan dengan para pengamat profesional di televisi). 2 hari ini, sepiii. Skor yang aku ketahui, meski tak menonton adalah: Qatar melawan Equador 0-2, Inggris melawan Iran 6-2.
Wuiiih, sampek segitu “terganggunya” sampek-sampek gak menonton Piala Dunia di Qatar?.
Oh..bukaaan, bukan karena itu. Tapi karena gara-gara digital itu.. Sekarang semua saluran lokal, sudah beralih ke-digital. Pemerintah, lewat Menkomenfo membagikan secara gratis kepada masyarakat tertentu alat tambahan semacam decoder untuk menangkap siaran digital. Bagi yg lain, yaa belilah. Harganya gak mahal meski bervariasi.
Hlaaa,…aku, karena 3 buah saluran tv olahraga dari saluran berbayar yang kerap menayangkan pertandingan sepakbola, dan beberapa waktu lalu aku tambah dengan saluran itu salah-satunya karena berharap menonton Piala Dunia, eeh, kok malah tak menayangkan secara live, bahkan pertandingan tunda pun tidak?
Ya sudah akhirnya aku minta tolong anakku membeli alat itu lewat toko on-line. Semoga dalam 1-2 hari ini aku sudah bisa menonton…
Terus.. qdakah hubungan antara negara Qatar dengan olahraga? Embuh! Kalok hubungannya dengan sepakbola sih, aku tahu. Paling tidak kita kerap membaca nama Qatar ngamplang guedhe banget di kaos klub sepakbola Barcelona yang termashur itu.
(Aries Tanjung)