Oleh RAMADHAN SYUKUR
WAKTU anak gue selesai diwisuda, iseng-iseng gue ngintip data World Bank, pingin tahu berapa sih rasio dokter per 1.000 penduduk. Jangan-jangan setelah lulus dia nganggur alias susah nyari kerjaan.
Ada yang masih inget kan sama video viral seorang mahasiswa yang baru selesai diwisuda dari kampusnya menagih janji 10 juta lapangan pekerjaan yang dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo. Pemuda ini mempertanyakan gimana nasibnya setelah lulus dari kampus.
Biar dia mikir sendiri.
Ternyata eh ternyata, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia cuma punya 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya.
Meski data statistik itu gak mengenakan, yang pasti gue lega dan yakin anak gue akan mudah memperoleh kerjaan. Dan benar aja, dari tiga lamaran yang dikirim ke rumah sakit, semuanya dipanggil. Dan dia memilih satu yang sesuai selera masa depannya.
Tapi kebahagian itu ternyata gak lama. Baru beberapa bulan bekerja, dunia dan negeri kita dilanda pandemi corona. Maka pontang pantinglah dia bekerja siang malam dan bahkan sempat terpapar covid pula.
Kalau statistik membuat perbandingan satu dokter untuk 10.000 penduduk, tentu dengan catatan gak sakit semua. Tapi sejak pandemi melanda, bisa jadi 10.000 penduduk itu sakit semua. Apa gak kelenger?
Bahayanya Aktor Intelektual
Melansir data Satgas Covid-19, hingga Rabu (14/7) terjadi tambahan 54.517 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 2.670.046 kasus positif Corona. Alamak.
Belum lagi selain dokter, Indonesia memiliki keterbatasan tenaga kesehatan lainnya. ketersediaan perawat dan bidan Indonesia juga memiliki posisi terburuk di antara negara lainnya. Rasio perawat per 1.000 penduduk sebesar 2,1 yang artinya dua orang melayani 1.000 penduduk di Indonesia.
Kadang gue sedih ngebayangin load kerja anak gue. Tapi lebih sedih lagi pada masyarakat yang dihadapinya begitu bebal. Gak sedikit yang senang memakan hoax yang kebetulan sesuai dengan seleranya. Gak percaya corona, gak mau divaksin, giliran sakit maki-maki pemerintah.
Mereka gak tahu kalo yang menyebar hoax, alias aktor intelektualnya, yang menurut gue jauh lebih berbahaya daripada corona, justru taat prokes dan percaya corona itu memang ada. Tujuan mereka cuma satu, bikin chaos negeri ini.
Selamat bekerja anakku dan semua nakes di Indonesia.
Semoga negeri ini selalu dilindungi Tuhan Yang Maha Esa.