Rebutan Vaksin

Oleh Heryus Saputro Samhudi

Ironis, miris sekaligus bikin saya (ingin) tertawa mendengar berita (atau menyaksikan sendiri di dekat rumah saya di Pamulang Tangerang Selatan) bahwa dimana-mana di sekujur Indonesia, kini masyarakat amat sangat antusias untuk mendapat dan disuntik vaksin Covid-19. Mengingatkan saya pada pemandangan masa kecil di paruh awal dekade 1960, saat harus antre untuk dapat jatah minyak tanah, bulgur dan kentang sumbangan Amerika Serikat, kain produk PATAL Senayan, dll.

Dulu, betapapun zaman teramat susah (dan Indonesia sedang keluar dari keanggotaan PBB), tapi masyarakat tetap taat aturan, antre dengan tertib, nggak ada kata rebutan, dorong-dorongan dan umpel-umpelan. Beda dengan sekarang saat Indonesia sudah masuk jajaran negara semi-maju G-20, dan pendidikan sudah merata hingga ke kampung kumuh di pinggir Gedung DPR-MPR RI, tapi soal budaya antre Indonesia barangkali masih mesti harus belajar dari Malaysia atau orang Timbuktu di Mali, Afrika.

Ironis, miris sekaligus bikin saya (ingin) tertawa saat menyimak prime news Metro TV sore kemarin (29/06/2021) yang mengkhabarkan kekacauan di gerbang kantor Pemda Tangerang (entah Kota entah Kabupaten, saya tak menyimak), saat masyarakat saling dorong (mengabaikan prokes 5M yang rutin diimbau Presiden RI – Joko Widodo lewat berbagai kanal TV nasional), menerjang petugas jaga, membuka paksa gerbang, umpel-umpelan lagi di tenda kesehatan, demi untuk bisa cepat divaksin.

“Banyak calon peserta datang sebelum jadwal vaksinasi yang sudah ditentukan untuk dirinya. Banyak juga orang-seorang yang tidak terdaftar sebagai calon peserta, ikut ngegerudug datang dengan harapan bisa go show (datang langsung) untuk mendapat vaksinasi,” ungkap seorang teman via ponsel, seorang dokter yang kebetulan mendapat tugas di lokasi kejadian.

Vaksin covid-19 kini ibarat seorang idola atau selebriti papan atas yang dimana-mana diserbu penggemar. Nggak peduli lagi apa merk-nya. Mau Sinovac kek, mau apa kek, pokoknya vaksin covid. Jujur saja, fenomena rebutan vaksin ini terjadi setelah .ledakan’ dahsyat yang menjadikan Indonesia sebagai negara urutan ke-5 sedunia dalam pertambahan jumlah warga yang terserang penyakit tersebab virus covid yang terus bermutasi dengan berbagai varian baru.

Saya ingat setahun lalu saat Presiden Jokowi resmi memulai vaksinasi covid-19 untuk segenap masyarakat Indonesia, bertahap, sesuai ketersediaan vaksi di Kementerian Kesehatan RI, waktu itu…susahnya bukan main. Ada saja pihak yang menolak vaksinasi dengan berbagai alasan. Tak cuma rakyat jelata, tapi juga penolakan dari kalangan petinggi. Bahkan kita tahu, hingga beberapa hari lalu Kemendikbud-Ristek masih menghimbau kalangan GURU untuk mau divaksinasi. Duh…! (*/ds)

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.