Menabung Waktu

Menabung Waktu

PENULIS EFFI S HIDAYAT FOTO AVOORE

Seorang teman memberikan pengakuan revolusioner. “Setelah lima tahun berlalu, aku baru saja terbangun dari tidur,” nada suaranya getir. Suatu kejadian tak terduga telah mengubah hidupnya. Sehingga ia menjalani rutinitas sehari-hari laiknya… robot! 

Sekadar melakukan ini dan itu tanpa lagi yang namanya passionspirit, apalagi harapan. Dia benar-benar cuma bangun, lalu tidur lagi. Bangun, tidur lagi, dan lagi… Tahu-tahu, eh, waktu sudah berlalu selama lima tahun! 

“Aku seolah terjaga dari mimpi buruk. Sesuatu di dalam diriku tiba-tiba berteriak, ‘ Hei, ayolah! Kau tidak bisa hidup seperti ini terus! Kau harus segera bangun dan melakukan sesuatu yang lebih bermakna bagi hidupmu’!”

Siang itu mendung, namun kalimatnya barusan menyibak awan gelap di langit. Ada yang meleleh di hati. Dan, saya menyediakan kedua telinga dengan sabar. Menyimak ceritanya yang mengalir deras. 

Sehingga akhirnya saya hanya mampu berucap kepadanya sembari menatap matanya dalam-dalam, “Kau tidak hanya bisa sekadar melek dan bangun, tetapi aku yakin sekali kau mampu lebih dari itu. Berlari, melompat, bahkan terbang ke langit tinggi!”

Saya tak tahu pasti apakah ia mendengar kalimat saya sebulat jiwanya, tetapi yang jelas saya telah mengucapkannya sepenuh hati. Terus-terang saja sosoknya yang saya kenal selama ini adalah seorang perempuan tegar. Tak pernah saya duga sejatinya ia menyimpan duka bertahun lamanya. 

Ya, siapa yang tahu hati manusia? Hanya waktu bisa menjawabnya. 

Saya teringat pernah diuber-uber finance advisor yang menawarkan asuransi dengan tawaran menarik. Premi terjangkau dengan imingiming beragam jaminan fasilitas hidup dan proteksi kesehatan. 

Masih ada lagi sales marketing bank yang gencar menawarkan bunga tinggi ragam produk tabungan. Dering ponsel, WA,dan e-mail yang masuk. Blablabla…intinyahanya satu, uang yang kita titipkan kepada mereka akan menghasilkan laba berlipat ganda. Dijamin, tak akan menyesal, dah

Mau tak mau otak saya jadi berpikir ajaib. Kayaknya asyik ya, jika yang ditawarkan adalah tabungan… waktu. 

Yawaktu

Bukan sekadar uang yang akan beranak-pinak menjamin kehidupan kita. Cobalah bayangkan, sebentaaar saja: kita memiliki tabungan waktu. 

Ah, beragam pepatah mengingatkan tentang waktu. Bahwa, ‘Waktu terbang melesat bagai anak panah, tak bisa diputar ulang’. Ini yang paling saya ingat. Mungkin kerapkali kita banyak mengeluh, “Andaikan bisa memutar ulang waktu?” 

Wah, kira-kira apa yang Anda lakukan? 

Banyak orang terbius masa lalu. Entah manis,entah pahit. Yang namanya kenangan memang bikin kangen. Itu sebabnya reuni laris manis. Masa kecil, masa sekolah yang indah, yang cuma dipelototi di album foto atawa Facebook menjadi realita. Ketemu teman lama, si Anu, si Ani, mantan kekasih… hais, tebar pesonanya seolah masih terbayang. 

Itu baru bicara tentang masa lalu, bagaimana masa depan? Berbagai tawaran produk bunga bank, asuransi, bitcoin, kripto; bukankah semua terkait masa yang akan datang? Siapa sih yang ingin sengsara hidupnya di masa pensiun?

Tua tak berdaya lalu tak punya apa-apa? Mungkin itu sebabnya orang zaman now amat sangat antusias merancang masa depannya. Pendek kata semua ingin bahagia, emohsusah di masa depan. Jadi, sedap sekali bukan jika kita punya tabungan waktu demi berkelana ke masa datang? 

Andai manusia memilikinya: tabungan waktu masa lalu dan tabungan waktu masa depan. Di mana kita bisa menariknya lewat kartu semacam ATM, cek, dan giro bank, tunai… Atau, sekadar mengintip saldo, mengecek sisa waktu yang kita miliki? 

Wajar saja manusia mengawang berangan-angan. Apalagi jelang tutup tahun biasanya adalah momen romantis yang bikin orang sentimental. Paling klop untuk tetirah berbenah diri. 

Banyak yang membuat ancang-ancang reformasi diri menyambut tahun baru. Ingin ini, ingin itu. Berjanji sekian puluh pasal. Misalnya, berdiet ketat agar langsing, membuang sifat pemarah dan pencemburu, berhemat, dsb….Aha, sah-sah saja mencanangkan semua itu. Jika berdampak positif, mengapa tidak? 

Saya sendiri senang berbagi mimpi bersama anak-anak. Terutama ketika mereka masih kecil. Saya senang memakai istilah ‘berbagi mimpi’. Paling tidak, saya ingin mengajarkan kepada anak-anak saya,bahwa bermimpi setinggi-tingginya itu perlu dilakukan. Karena dengan berani bermimpilah kita memiliki semangat menggapai sesuatu. 

Adanya mimpi membentuk harapan. Adanya harapan membuat manusia hidup seutuhnya. Dan, mampu merayakan kehidupan hari demi hari. Begitu pemikiran saya yang dangkal. 

Entah bagaimana Anda? Sepakatkah dengan saya atau Anda malah menyesal karena dari sekian puluh target resolusi terbengkalai tak tercapai? Sehingga jelang akhir tahun justru penyesalan numpuk berjibun? 

Sayangnya lagi… ya, kita harus kembali ke dunia nyata. Menabung waktu tak akan pernah mampu kita lakukan. Masa lalu telah lama lewat, yang tersisa cuma lembaran kisah nestapa belaka. Tak perlu didekap erat, lepaskan saja… beban kita akan jauh-jauuuh lebih ringan dengan membebaskan semua keterikatan perasaan masa lalu. 

Masa depan? 

Semuanya masih berupa fatamorgana, tak perlu dicemaskan hingga membelit pikiran. Mengikat keseharian kita menjadi rumit. Toh, yang harus kita jalani utuh, penuh, adalah masa sekarang. Di mana diri kita  berada saat ini. Apa yang bisa dilakukan  bagi keluarga orang-orang terdekat, diri kita sendiri, masyarakat luas, bahkan dunia? Lakukan saja the bestselaras cinta di dada… . 

Nah, kepada teman yang menginspirasi, terima kasih. Saya berdoa dikau siaga tersenyum,mengembangkan sayapmu mulai hari ini, ya. Begitupun finance advisor dan salesmarketing yang rajin mengejar, berkat Anda tulisan ini ‘menjadi’. 

Menabung waktu, andaikan saya mampu? Yang jelas saya tak kalah antuasiasme untuk memilikinya. Walaupun kemudian setelah saya pikir-pikir; kok, saya lebih sreg menjalani hidup kekinian saya apa adanya  baik suka maupun duka berkelindan rasa syukur. 

Ya, ya, cukup itu saja. Karena jika hal ini tak saya lakukan, hidup saya akan ribet merindu masa lalu dan mencemaskan masa depan. Aih, mana saya mau?

Selamat Tahun Baru 2022.Salam sejahtera bagi kita semua. Tuhan memberkati. Amin. 

Berkah dalem.

Avatar photo

About Effi S Hidayat

Wartawan Femina (1990-2000), Penulis, Editor Lepas, tinggal di BSD Serpong, Tangerang