Reorganisasi BRIN dan Sains Material

Handoko LT

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko

Oleh MUHAMAD AM

LEWAT sambutan pada acara peluncuran, Kepala BRIN – Badan Riset dan Inovasi Nasional – menyampaikan dukungannya pada pembentukan Konsorsium Pengembangan Sains Material, yang disebutnya sebagai inisiatif yang luar biasa. Handoko juga mendorong anggota konsorsium, untuk memanfaatkan 8 jenis skema fasilitasi riset yang telah diluncurkan oleh BRIN akhir tahun lalu, serta 6 skema dalam pengembangan talenta riset, seperti visiting professor dan program post-doctoral. Lembaga-lembaga pendukung konsorsium, bisa sebagiannya, didorong untuk bekerja sama untuk membangun Pusat Kolaborasi Riset, yang juga merupakan program BRIN.

Konsorsium menyambut apa yang disampaikan Kepala BRIN. Konsorsium bertujuan antara lain meminimalkan eskpor kekayaan kita yang dijual mentah-mentah, dan memaksimalkan proses pemberian nilai tambah yang dilakukan Indonesia. Konsorsium berperan membangun sinergi, serta menciptakan keterpaduan dalam usaha di atas, agar lebih fokus dan terarah.

Pada kickoff meeting Sabtu kemarin, Prof. Ratno Nuryadi, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN, mengelaborasi apa yang telah disampaikan oleh Kepala BRIN. Prof. Ratno mengawalinya dengan membahas reorganisasi BRIN. Dari penjelasan itu, yang hadir dapat melihat bagaimana akselerasi kemajuan bisa diciptakan dari reorganisasi tsb.

Salah satu yang menarik, saat penandatanganan konsorsium secara simbolik dan virtual pada 30 Desember 2021, ada 6 pusat di lingkungan BRIN yang ikut dan dianggap terkait sains material, yaitu 3 pusat riset (PR) di bawah OR Ilmu Pengetahuan Teknik (dh. LIPI), yaitu PR Fisika, PR Kimia, dan PR Metalurgi dan Material, serta 3 pusat teknologi di bawah OR Pengkajian dan Penerapan Teknologi (dh. BPPT).

Di antara 6 pusat dari 2 OR yang berbeda itu, pada reorganisasi BRIN 4 Maret 2022, 5 pusat di antaranya menjadi berada di bawah Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material. Artinya, pusat-pusat terkait material yang tadinya berada di dua lembaga yang berbeda, LIPI dan BPPT, sekarang bernaung di bawah organisasi riset yang sama, sehingga mengurangi duplikasi penelitian serta menguatkan sinergi kemajuan.

Keterbukaan BRIN
Ratno juga mengelaborasi program Manajemen Talenta Nasional Bidang Riset & Inovasi, yang merupakan program Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek. Dari paparan beliau, jelaslah bahwa program ini diharapkan melibatkan stakeholders yang luas termasuk di luar BRIN. Untuk mahasiswa tahap sarjana (S1), dikembangkan program MBKM dan Riset Tugas Akhir, serta untuk mahasiswa tahap magister dan doktor dikembangkan S2 by-research dan S3 by-research dengan program kopembimbingan. Untuk peneliti nasional dan internasional, ditawarkan program pasca-doktoral dan profesor/peneliti tamu. Semua program ini didukung dana dan infrastruktur riset yang terbuka, yang terus dikembangkan.

Ratno Nuryadi menjelaskan tentang salah satu program unggulan Deputi Sumber Daya Manusia Iptek BRIN.
Berbeda dengan Organisasi Riset yang diharapkan berfokus pada kerja penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap), serta invensi dan inovasi, 7 deputi dalam BRIN melangkah lebih jauh dari litbangjirap dalam berbagai OR, ke arah integrasi, koordinasi, sinkronisasi program, perencanaan, pengendalian litbangjirap, dalam bidang tertentu yang diarahkan pada kemajuan bangsa.

Seperti dikatakan oleh Ratno, BRIN merupakan badan nasional, maka program deputi tidak hanya dikembangkan bagi civitas BRIN saja, melainkan juga untuk eksternal, melalui kerja sama, maupun tawaran kegiatan yang terbuka bagi stakeholders dan publik yang lebih luas. Deputi juga bertanggung jawab atas dimanfaatkannya keluaran dari semua kerja, sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan berbasis sains.

Dr. Budi Prawara dan Haznan Abimanyu, Ph.D., dua Kepala Organisasi Riset lain yang hadir pada kickoff meeting, menjelaskan bahwa Sains Material tidak hanya digunakan dalam OR Nanoteknologi dan Material, melainkan juga dalam 2 OR yang dipimpin mereka. Dalam OR Energi dan Manufaktur, terdapat Pusat Riset (PR) Teknologi Industri Proses dan Manufaktur yang dikepalai Dr. Hens Saputra.

Dalam OR Elektronika dan Informatika, diteliti dan dikembangkan material untuk Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Organic Photovoltaic (OPV), dan Perovskite Solar Cell (PSC), yang merupakan generasi ke-3 photovoltaic setelah generasi pertama kristal silikon. Selain dalam PR Elektronika dan PR Komunikasi dalam pengembangan devices berbasis material baru, Pusat Riset Komputasi yang dipimpin Dr. Rifki Sadikin bisa membantu pusat riset lainnya a.l. dalam Computational Material Design. Rifki Sadikin merupakan salah satu inisiator Konsorsium Pengembangan Sains Komputasi, yang telah digagas sebelum Konsorsium Pengembangan Sains Material.

PENELITIAN di Indonesia, selain diharapkan kekuatannya dalam menyumbang pada usaha untuk memahami alam ini, dalam semangat bersama ilmuwan dunia, perlu pula menciptakan keterpaduan, koordinasi, kebermanfaatan. Lewat Konsorsium Pengembangan Sains Material, diharapkan ilmuwan bisa menciptakan fokus usaha bersama dalam memberi nilai tambah pada kekayaan alam Indonesia, selain kemajuan ilmu pengetahuan dan karir peneliti.

Seperti selalu dinyatakan, alam kita amatlah kaya. Kekayaan itu bisa menjadi kutukan, jika kita terlena dalam kenyamanan yang berlebihan, dengan menggadaikan kekayaan itu pada negara-negara yang lebih kuat dalam melakukan proses pemberian nilai tambah. Semoga konsorsium ini bisa mengubah kutukan menjadi anugerah, bagi seluruh bangsa ini.

Inisiatif dari komunitas ilmiah ini, diharapkan menciptakan sinergi dengan kebijakan pemerintah untuk menyatukan BUMN Pertambangan yaitu PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), PT Timah Tbk, dan PT Vale Indonesia dalam Mining Industry Indonesia (MIND ID, https://mind.id).

Seperti disampaikan oleh Ratih Dewihandajani L., Kepala Divisi IMMRI (Indonesia Mining & Minerals Research Institute) yang berada di bawah MIND ID, pengelolaan 7 komoditas strategis: emas, tembaga, nikel, bauksit (aluminium), timah, dan batubara, juga logam tanah jarang, dalam satu holding company pertambangan, dimaksudkan untuk sinergi untuk hilirisasi. Ratih menyebut satu contoh, yaitu pengembangan superalloys. Dalam sambutannya pada Peluncuran Konsorsium Pengembangan Sains Material, Ratih menyampaikan bahwa kerja sama untuk membangun sinergi dengan konsorsium, amatlah relevan. (Habis)

Avatar photo

About Muhamad Abdulkadir Martoprawiro