Seide.id -Setiap pergantian tahun, orang-orang diseluruh dunia, merasa perlu merayakannya, atau merasa perlu bersinggungan, atau merasa perlu terlibat dengan peristiwa itu, disengaja atau tidak.
Di setiap tempat di mana orang-orang bisa berkumpul, selalu dipenuhi orang. Terutama remaja, anak-anak muda dan dewasa muda. 10 detik sebelum peristiwa pergantian tahun itu, semua orang menghitung mundur. Seolah-olah tanpa menghitung mundur itu, pergantian tahun tak terjadi.
Orang-orang yang ‘tak melakukan apa-apa’ di malam pergantian tahun itu, merasa perlu mengabarkan kepada semua orang, kepada dunia -jika sekarang, tentu melalui media sosial bahwa dia ‘tak perlu melakukan sesuatu yang istimewa’, pada malam pergantian tahun itu.
Temanku, selalu melakukan sesuatu yang disukainya dan selalu dibanggakannya. Di malam pergantian tahun itu, dengan cara menyepi atau kemping bersama beberapa temannya di tengah hutan terpencil, di tepi sungai, di tepi laut sebuah pulau terpencil atau di kaki gunung.
Mereka selalu mengatakan, untuk menghindar dari orang-orang yang mereka istilahkan “merayakan malam pergantian tahun”. Mereka selalu mengatakan: “Malam pergantian tahun aja kok dirayakan?!” Padahal, tanpa sadar, dengan cara menyepi di kaki gunung, di tengah hutan, di tepi sungai sepi, menghindar dari kerumunan itu pun ‘dalam rangka’ merayakan sesuatu yang selalu mereka bilang: “Malam pergantian tahun aja kok, dirayakan?!”
Beberapa tahun lalu, (belakangan ini tak begitu santer) semua orang menggunakan kata: resolusi. Kata resolusi seperti baru saja dikenal atau ditemukan.
Sehubungan dengan kata: resolusi, yang beberapa tahun lalu, membuat orang-orang latah menggunakannya, izinkan aku tertawa geli, hihihi. Begini.
Dari ‘bunyi’ kata-nya, maka dengan mudah, kita akan menduga bahwa kata itu kita comot dari bahasa asing. Yak betul, kita mencomotnya dari kata: resolution.
Jika merujuk kalimat orang-orang yang menggunakan kata itu, tentu saja maksudnya bisa kita tangkap, yaitu: Sesuatu perubahan dari yang buruk, menjadi agak baik lalu menjadi baik. Sesuatu yang negatif di masa lalu, sebaiknya tak dilakukan lagi. Suatu yang negatif sebaiknya menjadi pelajaran.
Di masa depan, tindakan positif yang diharapkan akan dipertahankan. Jika perlu, ditambah dengan dilakukannya tindakan-tindakan positif lain. Atau singkatnya: bertekad melakukan sesuatu yang baik di masa depan. Kurang lebih begitu pengertiannya, bukan?.
Hla,…ketika mengintip di mbah Google, itulah aku, merasa geli. Menurut mbah google, resolusi adalah: Moda tampilan televisi layar digital, atau jumlah pixel dalam dimensi layar. Bisa menjadi ambigu, karena pixel-pixel yang ditampilkan tergantung dari atau dipengaruhi oleh hal-hal berbeda. Contohnya: cathode ray tube (CRT), monitor layar datar (LCD), tampilan proyeksi menggunakan gambar elemen susunan tetap (pixel).
Bahkan yang lucu lagi, ada orang-orang yang bermaksud ingin ikut latah menggunakan kata resolusi, tapi yang ditulisnya: revolusi. Atau memang revolusi itu yang dimaksudkannya?
Revolusi seperti kita tahu adalah lawan kata dari evolusi, yaitu perubahan dengan cepat dan drastis, 180 derajat. Nah, ini lucu yang lain lagi. Ada yamg bermaksud mengartikan perubahan yang cepat dan drastis, mengatakan: berubah, bukan hanya 180 derajat, tapi…360 derajat! Mungkin dia menduga semakin besar derajatnya, berarti semakin besar dan cepatlah perubahan itu. Padahal 360 derajat itu, berarti kembali ke titik awal. Berarti tak berubah.
Revolusi sudah terlanjur berkonotasi negatif. Revolusi adalah perubahan drastis. Elemen-elemen lama dihancurkan, seolah-olah tak ada lagi barang sedikit pun dari elemen-elemen lama itu yang mungkin masih bisa digunakan.
Revolusi terlanjur diartikan atau tepatnya diseret, difokuskan oleh dunia politik menjadi: sesuatu yang berdarah-darah. Padahal, seorang lelaki muda yang sebelumnya penuh senyum, ramah, rajin beribadah dan gaul ketika berpacaran, tetapi ketika diputuskan oleh pacarnya, berubah drastis menjadi pribadi yang tertutup, tempramental, menutup diri dan perokok atau peminum (peminum di sini artinya… minuman keras dong ah, bukan air mineral). Bukankah itu juga revolusi?
Kata revolusi tak seharusnyalah diartikan sebagai sesuatu yang buruk. Ingat revolusi beludru?
Cekoslovakia adalah sebuah negara yang terbelah menjadi 2. Ceko dan Slovakia. Warga Ceko yang menyebut diri mereka orang Ceska, adalah masyarakat yang cenderung tekun bekerja, melakukan segala sesuatu dengan rencana, tertib dan cenderung serius. Sementara masyarakat Slovakia adalah masyarakat yang cenderung lebih relax, santai, egaliter dan suka berimprovisasi. Tapi ke-dua type masyarakat yang berbeda itu ‘terpaksa’ menurut oleh sebuah ideologi yang mereka takutkan, yaitu komunis. Lalu di zaman serba terbuka, ideologi seperti itu (ideologi apa pun, sepertinya) tak lagi mangkus.
Ilustrasi: “selamat tinggal ideologi”.(akrilik di atas karton duplex dimounting di papan, 80x55cm)
Maka muncullah seseorang seperti Vaclav Havel yang terkenal dengan gagasannya yang diapresiasi positif oleh dunia, yaitu apa yg dinamakan: Revolusi Beludru.
Vaclav Havel adalah seorang tokoh yang sangat peduli terhadap bangsanya. Dia seorang tokoh terpandang dan disegani. Dia seorang penyair, penulis puisi, penulis novel, penulis cerita-cerita drama, sekaligus juga penggiat di dunia teater.
Ketika Vaclav Havel terjun ke dunia politik, warga Cekoslovakia menyambut baik. Menyambut dengan antusias. Vaclav lalu menjadi presiden Cekoslovakia. Dia bahkan menggagas sesuatu yang menggiriskan, mencengangkan, mengejutkan sekaligus berani.. Jika ke-dua bangsa tak lagi sejalan.., mengapa harus dipaksakan untuk bersama. Mengapa tak berpisah saja?! Vaclav, lalu menawarkan ‘perpisahan’ secara baik-baik yang kemudian dunia mengenalnya dengan nama: Revolusi Beludru. Perpecahan 2 negara dari Cekoslovakia menjadi Ceko dan Slovikia secara damai.
Memisahkan dua bangsa yang sudah sekian lama (mungkin sudah ratusan atau bahkan ribuan tahun, sejak mereka mengenal peradaban modern) bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi dengan kesungguhan, integritas, tekad kuat dan terutama kepercayaan karena kejujuran dan keiklasan, akhirnya Cekoslovakia menjadi 2 negara. Ceko dan Slovakia.
Mereka lalu bertetangga secara baik dan damai-damai saja sampai hari ini.
(Aries Tanjung)