Rindu Ini, O, Kekasih

Foto : Alexa/Pixabay

Ketika hati ini merindu pada orang yang dicintai dan kasihi, hidup kita serasa ada yang kurang dan hambar. Kita jadi kurang gairah, semangat, bahkan banyak orang yang jadi loyo. Karena hidup yang berjauhan itu.

Kita ingin memendekkan jarak agar segera bertemu kembali dengan pujaan hati. Video-call-an itu juga tidak cukup memuasi dahaga rindu. Karena hasrat ingin segera bertemu untuk melepas rindu dan mereguk bahagia bersama kekasih.

Rindu pada kekasih membuat hidup kita serasa menderita. Tapi, apakah kita juga mengalami perasaan yang sama saat kita merindu pada Allah yang anugerahi hidup ini?

Bisa jadi kita tidak pernah merindu pada Allah. Rutinitas dan pandemi panjang bisa jadi makin rentangkan jarak antara kita dengan Allah Sang Pencipta.

Saatnya bertanya dari kedalaman hati sendiri, dan tidak perlu malu untuk bersikap jujur. Ya, sebelum semua itu terlambat, dan hidup ini dipenuhi penyesalan yang tiada guna.

Coba rasakan lalu bandingkan, saat hati ini merindu pada kekasih, anak, keluarga, dan merindu pada Allah.

Tentu berbeda jauh bagi kita yang tengah dilanda kasmaran. Kita ingin segera jumpa. Jika bisa bertemu sepanjang hari, bahkan sepanjang hidup. Berharap hidup berjalan mulus tanpa rasa bosan, hambatan, dan lebih bahagia lagi, jika tanpa konflik.

Rindu anak itu ibarat menyalakan api semangat agar kita makin giat bekerja dan berjuang demi masa depan anak. Semangat rindu yang membuat kita tidak mengenal lelah. Dan rindu itu terpuasi, ketika kita mendengar atau bertemu dengan anak tercinta dalam keadaan sehat dan bahagia.

Begitu pula rindu pada keluarga. Harta yang paling berharga dan harus dijaga agar anggotanya saling mengingatkan, menguatkan, dan saling mengasihi satu dengan yang lain agar keluarga senantiasa dilimpahi sukacita.

Rindu pada Allah, semangat yang merindu itu seharusnya yang menafasi kita agar hidup berkenan bagi-Nya.

Jadi, tidak seharusnya kita datang pada Allah, karena terpaksa. Kita menemui masalah, musibah, atau berkonflik dengan orang lain. Sehingga, kita datang, karena kita sungguh membutuhkan-Nya.

Sesungguhnya, Allah bukan tempat pelarian. Tidak seharusnya pula kita menduakan-Nya. Melainkan IA harus diprioritaskan dan dinomor-satukan di atas segala-galanya. Sebab IA Sang Pemilik hidup kita, hidup ini.

Ketika hidup sebagai nafas rindu dan doa pada Allah, kita diarahkan untuk setia dan memuliakan Allah.

Dengan setia pada Allah, hidup kita dibenarkan dan doa kita dikabulkan oleh-Nya.

Saat kita rindu pada kekasih, anak, atau keluarga, bawalah dalam doa. Percayakan mereka pada Allah. Karena orang yang percaya dan mengimani-Nya tidak sia-sia, tapi senantiasa dilimpahi kesehatan, sukacita, dan bahagia. (Mas Redjo)

KUSAMBUT RINDUMU

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang