BANGSA INDONESIA saat ini benar-benar membutuhkan pemimpin yang dengan segenap jiwanya ingin menyelamatkan negara dan rakyatnya. Melanjutkan program pembangunan yang dikebut di era Jokowi.
Anies Baswedan, yang diorbitkan politisi prgmatis, oportunis Surya Paloh dan Jusuf Kalla, akan menjauhkan Indonesia dari cita cita kemakmuran, melainkan polarisasi golongan: Arab non Arab, Pribumi non Pribumi, Islam non Islam.
Indonesia masih memiliki banyak figur pemimpin dan penerusnya. Ir. Sukarno dan BJ Habibie serta lulusan ITB, Jokowi dan Ganjar Pranowo yang lulusan Univ. Gajahmada.
Lulusan luar negeri, bukan jaminan. Apalagi janji janji dan program program manipulatif, OK-OC, rumah DP nol Persen, Air Turun Bersamaan, Sunatullah turun ke bumi, dan kata kata pembodohan lainnya.
Skandal kampanye ayat mayat, sangat membahayakan keutuhan bangsa, merobek tenun kebangsaan, yang dulu dibanggakannya.
JANGAN LUPA, perlawanan Mahatma Gandhi melawan Inggris bukan hanya dengan “Satyagraha” dan “Ahimsa”, melainkan juga dengan “Swadesi” ; menggunakan apa yang dihasilkan oleh negara sendiri sebagai bentuk cinta tanah air sendiri.
Kunci kebebasan bangsa India adalah dengan memerdekaannya dari belenggu penjajah dan memilih pemimpinnya sendiri. Dari bangsa sendiri, kata Mahatma Gandhi.
“Swadeshi” (Sansekerta) terdiri dari ‘Swa’ yang berarti diri sendiri dan ‘Desh’ yang berarti negara.
Konsep “Swadeshi” sangat erat kaitannya dengan semangat “swaraj” atau “self-governance” yang merupakan cita-cita seluruh rakyat India.
Indonesia mengalami masalah dengan tiga bangsa pendatang, selain kulit putih alias Bule, juga Arab dan China, yang dominan. Selain menguasai budaya, agama, mereka kini juga merangsek ke panggung politik.
Di mana kedaulatan orang asli Indonesia asli sebagai bangsa?
“Swadeshi” adalah membangun kemandirian dan jati diri. Mengurangi ketergantungan pada produk asing, orang asing, keturunan asing – mengajak masyarakat menggunakan produk lokal.
Anis Baswedan membanggakan kakeknya, AR Baswedan, sebagai Pendiri Partai Arab Indonesia (PAI), tapi mengaku berdarah Jogya, kadang mengaku sebagai orang Cirebon, kadang Sunda.
Sesuka hatinya dan promo promo kampanye tim pendukungnya. ***