Ketika PDI terjadi perpecahan pasca Kongres Medan 1993, rumah Soetardjo tetap sering digunakan untuk repat secar tersembunyi dalam rangka lahirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjadi partai politik terbesar di Indonesia sebagai partai penguasa.
Sebelas tahun lebih rumah induk milik tokoh PDIP Alm Soetardjo Soerjogoeritno ini tertutup rapat dan tidak digunakan sama sekali. Hanya bagian paviliun kecil yang dimanfaakan oleh keponakannya menjadi klinik dokter hewan. Rumah di Gang Megatruh, Karangwuni, Caturtunggal Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta itu kini kembali dibuka setelah melalui proses perbaikan yang cukup memakan biaya. Bahkan sejak 27 Agustus 2023 ini, secara resmi rumah milik Alm. Soetardjo Soerjogoeritno diresmikan menjadi Rumah Kebangsaan.
Mengapa Rumah Kebangsaan? Sebab, di rumah yang menyatu dengan warga Jogja ini pernah beberapa kali digunakan untuk rapat-rapat Partai Demokrasi Indonesia di zaman Orde Baru. Meskipun zaman itu sering menjadi target pengamatan Babinsa dan inteligen namun Soetardjo dan kawan-kawan tetap nekat mengadakan rapat partai politik bergambar kepala banteng.
Ketika PDI terjadi perpecahan pasca Kongres Medan 1993, rumah Soetardjo tetap sering digunakan untuk repat secar tersembunyi dalam rangka lahirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjadi partai politik terbesar di Indonesia sebagai partai penguasa.
Stevie Sinung Wibowo menantu Alm Soetardjo Soejogoeritna menggagas rumah bersejarah yang kosong tak berpenghuni selam lebih dari sebelas tahun ini menjadi Rumah Kebangsaan yang diresmikan oleh Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa dan tokoh PDIP HM Idham Samawi pada Minggu 26 Agustus 2023 sekaligus haul ke 13 Soetardjo Soerjogoeritno.
Soetardjo Soerjogoeritno yang populer dengan sebutan Mbah Tardjo dulunya seorang guru yang ikut menjadi anggota PNI di era pemerintahan Bung Karno. Di tahun 1980-an, ia sudah masuk sebagai anggota DPR dari Fraksi PDI.
Mbah Tardjo menguasai betul apa itu marhaenisme, ajaran yang selalu dikemukakan oleh Bung Karno. Bahwa marhaenisme, kata Mbah Tardjo, adalah ideologi yang menentang adanya penindasan manusia atas manusia atau bangsa atas bangsa.
Dalam sambutannya Danang Maharsa lebih banyak bercerita tentang peran Soetardjo dalam perkembangan dan pertumbuhan PDIP hingga menjadi Partai Politik yang besar.
Sementara HM Idham Samawi anggota DPR RI dari Fraksi PDIP lebih banyak berbicara tentang makna kebangsaan yang tidak bisa dilepaskan dari Dasar Negara RI Pancasila UUD 45.
Peran Ir. Sukarno sangat signifikan yang kemudian menjadi referensi Alm Soetardjo Soerjogoeritno dalam membangun PDIP hingga menjadi partai politik terbesar dan bersama partai berhaluan nasionalis lainnya bekerja sam membangun negeri demi kemajuan bangsa.
Dalam haul. Ke 13 Soetardjo Soerjogoeritno ini selain peresmian rumah kebangsaan dan pendidikan politik secara tidak langsung juga menjadi ajang pelestarian budaya lokal.(*ypr/dms)