Setelah 46 tahun berkarya, mengusik pikiran pembacanya lewat Catatan Pinggir, GM memilih mundur dan minggir dari dunia tulis-menulis, setelah sekian lama mengusik pikiran pembacanya lewat tulisan yang brilian, cerdas dan lincah seperti seorang penari di hutan kata-kata.
Orang-orang bijak tahu kapan maju dan kapan mundur. Mundur dari segala kegiatan apapun, menunjukkan kesadaran dan kedewasaan seseorang. Mereka tahu telah berjalan begitu jauh. Mereka dibatasi waktu dan rentang perjalanan. Mereka sadar sudah saatnya mereka mundur.
Hal ini juga terjadi pada wartawan senior, penulis produktif dan pemikir dengan julukan Goenawan Mohamad yang akrab disebut GM. Setelah 46 tahun berkecimpung dalam dunia jurnalistik, tulis menulis dan kepengarangan, GM mundur dengan terhormat, meski dalam kesepian tepuk tangan.
Siapa tak kenal GM dengan tulisah khasnya Catatan Pinggir ? GM tak hanya memuka dengan permainan referensi dalam kata dan kalimat, namun kelincahan memainkan data dan referensi dalam tulisan yang hidup, menunjukkan GM banyak membaca untuk mendukung tulisan dan pemikirannya.
Selama 46 tahun berkarya, GM telah memproduksi 2027 tulisan, 1,5 juta kata, 15 jilid buku — dan rubrik “Catatan Pinggir” di majalah Tempo. Data yang cukup beralasan bagi GM untuk mundur dan beristirahat. “ Saya memutuskan untuk tak akan menuliskannya lagi tiap minggu,” demikian GM menulis di Catatan Pinggir terakhirnya di Majalah Tempo yang menjadi referensi wartawan muda.
GM menyebut dari kerja terus-menerus itu, pada akhirnya terbatas. Manusia dibatasi pada usia, kemampuan dan kekuatan. Dan itu disadari benar oleh GM mengapa ia memutuskan dengan sadar untuk mundur.
Batas usia saat mengakhiri perjalanan berjuang untuk menulis bagi GM berada di usia 82 tahun.
Selama 46 tahun menulis Catatan Pinggir di Majalah Tempo yang bergengsi itu, membuat GM menyadari batas pembacanya yang selalu diajak dalam percakapannya melalui Catatan Pinggir. Ia menyadari pembaca tua akan disusul dengan pembaca muda yang belum tentu bisa masuk dalam “ pikiran” dan tulisan gaya Goenawan Muhammad yang seperti menari-nari tanpa menusuk siapapun secara langsung. Melainkan dengan pikirannya.
Generasi muda pembaca Catatan Pinggir kemungkinan akan pusing kepala membaca nama dan istilah seperti Trotsky, Allan Dulles, James Dean, Titien Sumarni, S. Rukiah, nekolim, Manipol, Kopkamtib dan banyak istilah dan referensi lainnya yang menghiasai tulisan GM di Catatan Pinggir yang disyahkan sendiri oleh sang penulis sebagai sebuah esei atau serat. Jenis tulisan berguman yang intinya mengajak pembacanya untuk berpikir namun tak semuanya mampu mencerna pikiran dan isi tulisan GM.
Seperti sebuah perjalanan panjang kehidupan manusia, Goenawan Mohammad atau GM sadar dan tahu diri, kepan berhenti berjalan dan menikmati hidup ini tanpa beban atau kesenangan menulis.
Seperti Catatan Pinggir, GM akan minggir, memeprsilakan sosok lain muncul.
80 Tahun Martin Aleida, Masih Bikin Merinding
Bung Karno, R. Basoeki Abdoellah, dan Mitos Kamar 308
Shirley, Ketika Penulis Nyaris ‘Mati’ Mencari Inspirasi
ARSWENDO : Laku Iman Seorang Penulis dan Seniman yang Mengajak Bersyukur Tanpa Libur