Angin puting beliung berkejaran
Debu tanah diaduk beterbangan
Pohon bangunan disobek remuk
Atap langit menjadi pudar
Wajah mentari dilumuri debu
Manusia diam bisu ketakutan
Hujan banjir lumpur menerjang
Kampung desa jalanan kota
dipenuhi air yang tak terbendung
Rumah pemukiman digenangi lumpur
Semuanya terjadi tak terhindari
Manusia berjuang selamatkan diri
Gunung api pun meletus
Lahar dan debu panas
dimuntahkan ke berbagai arah
Melumat dengan ganas mencengkram
Tak peduli pada korbannya
Kebun ladang kampung halaman
Manusia tak berdaya mengelak
jika takdir telah menimpa
Gempa yang mengguncang datang
Ada ancam tsunami menerjang
Tak siap untuk menghindar
karena datangnya tiba-tiba
Tanah retak terbelah
Bangunan bisa roboh dan hancur
Terjadi bertubi dimana-mana
Manusia panik resah ketakutan
Bagi kita semua manusia
Alam semesta ngamuk bergolak
Kejadian alam itu bencana
Tetapi….
Berbeda bagi Sang Hyang
Itu Sabda Alam Semesta
Hukum alam harus dinyatakan
Ada Sang Hyang Agung berkuasa mengaturnya
Dan
Nyatanya kita manusia sungguh tak berdaya menghadapi semua gejolak alam
Faktanya kita manusia tergantung pada kemurahan semesta
Entah disadari atau tidak
Entah bermakna atau hampa
Entah peduli untuk introspeksi diri
Entah tergerak untuk reformasi diri
dalam memanfaatkan dan mengelola alam lingkungan
Menghargai bumi dan semesta
Pemberi segala kelangsungan hidupnya
dan kepada Sang Hyang Agung
Sabda alam semesta menggugat:
Masihkah ada terima kasih segenap insani di bumi
Adakah solidaritas kepada yang miskin papa dan menderita?
Sadarkah para pemimpin bangsa untuk membuat kebijakan yang peduli lingkungan dan bertanggungjawab untuk keberlanjutan?
Mampukah para pebisnis mengendalikan kerakusannya dalam mengeksploitasi alam secara brutal?
Dimanakah tanggungjawab para pihak yang membabat jutaan hektar hutan, mengorek perut bumi dan membuang limbah polusi pabrik?
Mengapa perang terus terjadi, terorisme, kekerasan dan radikalisme menjadi lahan bisnis serta ladang kenikmatan?
Mungkin sudah saatnya
Semua jeritan ratap dan tangis para korban
Doa air mata mereka yang miskin papa tertindas
Pengaduan jiwa-jiwa gentayangan korban kebrutalan para penguasa lalim
Litani panjang sejarah kelam ketidakadilan zaman
Sudah didengar alam semesta
Dan sedang dijawab
Sang Hyang Agung
Maha Melihat Maha Cinta
Penulis : Simply da Flores
Harmony Intitute