Foto : Istock
Tanpa diminta sekalipun, kita telah mememaafkanmu dari lubuk hati yang terdalam. Tak ada guna kita mengingat dan menyimpan sikap maupun perilakumu.
Apakah kita kecewa atau sakit hati? O, sama sekali: tidak. Ikhlas itu tidak mampu menyakiti atau melukai.
Kita juga tidak mendendam, karena dendam itu milik orang yang berjiwa kerdil dan egoistis.
Dendam itu muncul, karena pamrih. Sumbernya dari hati yang terlukai, iri, dan benci.
Dengan mendendam itu tidak ada untungnya bagi kita.
Dengan menyimpan dendam, kita menyakiti diri sendiri. Hidup ini jadi tidak tenang. Tidak ada kedamaian. Dan itu dibawa hingga mati.
O, teramat mengerikan, jika jiwa ini menyimpan luka dan dendam. Beban yang teramat berat untuk menghadap Ilahi, padahal kita ingin diampuni dan dikasihi-Nya.
Tentu kita ingat akan kata-kata bijak: “Dengan memaafkan kita dimaafkan, dengan mengampuni kita diampuni, dengan mengasihi sesama kita dikasihi Allah.”
Dengan dasar dan berorientasi akan kasih Allah, kita diajak berani untuk menanggapi kasih setia-Nya.
Karena IA selalu menyapa, mengingatkan, bahkan tiada bosan mencerahkan pikiran, hati, dan jiwa kita dengan berjuta peristiwa agar kita melihat kemahabaikan-Nya.
O, indahnya, jika doa yang kita mohonkan pada Allah itu mampu menggetarkan surga dan hatimu. Semoga kau temukan kedamaian jiwa di sisa hidupmu. Dan kau selalu bahagia.
Allah mengasihimu.