Bukit Watunariwowo, Ngada, Flores, NTT (Foto: WK)
Tetes tetes darah-Mu
membasahi Yerusalem peradaban
Adam dan anak cucu debu
berbaris silih berganti menoreh sejarah insani
tinggalkan jejak tapak pada lembar tanah.
Dan
pada salib di Golgota
darah-Mu menjelma jadi samudera
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”
Lalu
Mentari bulan bintang
Kau lumat hancur jadi debu
dan tabur dalam rahim perempuan
agar anak cucu Adam
berubah dari debu menjadi putra-putri cahaya
“Ibu, itulah anakmu
Anak, itulah ibumu.”
Wahai Putra Surga
Engkau pemilik semesta cinta
pada samudera kerahiman
putra-putri kehidupan
berbasuh
Engkau Alfa dan Omega
dari-Mu kami tak bisa lari berpaling
debu tanah milik-Mu
Sinar cahaya punya-Mu
udara dan angin dari-Mu
Air dan samudera milik-Mu
Dan
pada jalan salib itu
setiap insani berguru
menulis dan membaca sabda
melukis jiwa dengan cinta
“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap jiwa ragamu, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.”
Pada salib itu
Engkau ajarkan manusia
anak cucu generasi Adam
untuk bisa membuat mukjizat
untuk sakti menguasai jagat
mengubah debu jadi cahaya matahari, bulan bintang
menggenggam samudera dalam telapak
“Ampunilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya engkau.”