Oleh Heryus Saputro Samhudi
Pagi tadi, seorang keponakan, drg Nadia Irmalia Putri atau Uti, mengirimi kami foto breakfast culinary atau jenis kuliner untuk sarapan pagi, yang segera saya kenali sebagai Sandwich Mix-Fusion with Avocado atau sandwich campuran beberapa bahan pangan, dengan daging buah avocado (Persea Americana) atau avokad atau alpukat sebagai fokus yang (sengaja) diungkap sebagai sesuatu yang baru.
Ini memang ada kaitannya dengan buah-buah alpukat siap santap, yang dibeli Ibunya Uti dari putra kami sore kemarin. Rupanya buah-buah alpukat tersebut tak hanya sekadar dilunyuh, dihaluskan dan dicampur gula atau sirop, diberi remukan es batu, dikocok dan menjadi minuman segar pendingin hati. Melainkan juga dijadikan bahan campuran (mix-fusion) sandwich, bersama roti panggang, irisan tomat dan telur rebus.
Anak muda zaman milenial memang tak kalah kreatif dalam mengolah sesuatu menjadi new culinary atau kuliner baru, sebagaimana orang-orang tua kita tempo doeloe mencipta ragam kuliner khas dan populer hingga kini. Mendadak saya jadi ingat pengalaman masa muda, saat tungkai kaki dan dengkul masih prima, saat hendak mendaki Gunung Dempo (3.173 m-dpl) di perbatasan Bengkulu dan Sulsel.
Siang itu selepas turun dari pucuk Dempo, dan menjelang masuk desa terakhir (homebase sekaligus titik start bagi yang hendak mendaki) di Kota Pagaralam (penghasil kopi robusta), sekitar 7 Km dari Palembang – Sumatera Selatan, kami me’nemu’kan hutan alpukat. Persisnya kebun monokultur alpukat yang (saking luasnya) seperti menghutan, dan sedang panen raya.
Buah-buah tua mengkal di keranjangkan, sementara buah yang sudah masak, yang dikhawatirkan rusak bila dibawa ke Palembang untuk dijual, dengan moda angkut minitruck yang harus melewati jalan tanah berbatu dan bergelombang, sengaja disisihkan dan boleh dibeli siapa pun di TKP. Segera saja para pendaki, anak Jakarta, menyerbu membeli murah untuk dimakan begitu saja atau diaduk dengan gula pasir.
Tapi saat istirahat di warung makan di ujung kampung, mengisi perut dengan nasi serta lauk-pauk yang ada, mata saya dikejutkan oleh sepinggan hidangan berkuah, mirip Gulai Otak Sapi, tapi… bahan utamanya ternyata irisan atau potongan-potongan isi daging buah alpukat matang yang bertekstur lembut dan gurih. “Kau Ibu di sini biasa, Nak, mengolah buah alpukat jadi lauk-pauk,” kata Ibu pemilik warung.
Dengan berat antara 100 gram hingga 1kg, buah alpukat bulat atau lonjong dengan kulit lembut tak rata warna hijau tua hingga ungu, tergantung varietasnya. Daging buahnya hijau muda di dekat kulit dan kuning muda di dekat biji tunggalnya yang padat-bulat mirip bola kasti. Ada juga verietas dengan daging buah dominan kuning, hingga pedagang di pasar kerap meperkenalkannya sebagai alpukat mentega, ha…ha..ha…!
Flora asal Meksiko dan Amerika Tengah ini telah menyebar dan dibudidayakan di bayak belahan dunia. Buahnya yang masak memang tak cuma untuk dijadigan bahan minuman, atau masker kecantikan kulit wajah di dunia pengobatan tradisional, tapi juga jadi bahan lauk-pauk atau campuran salad seperti pernah saya nikmati di satu kafe kakilima di dekat Museum Louvre di Kota Paris, Prancis.
…dan pagi tadi, drg Uti keponakan kami, mengirimi kami sepiring Sandwich Mix-Fusion with Avocado, walau hanya sekadar gambar, ha…ha…ha…!
07.04.21. Pk 17:42 Wib