SANTAI, AMPUN BANG JAGO

Herman Widjaja

Bang Haji Rhoma Irama sudah terlihat tua. Guratan-guratan kecil menghias wajahnya. Tubuhnya tidak lagi terlihat kekar seperti ketika ia masih main dalam film layar lebar yang menjadi box office pada masanya. 

Di bawah pohon bambu, pada sebuah taman yang masih basah oleh air hujan, kami — saya, aktor senior Soultan Saladin , Mbah Cocomeo Cacamarica  dan rekan Teguh Imam Suryadi,  duduk di kursi semen yang masih lembab, berkeliling saling berhadapan. 

Tujuan kami menemuinya, awal September 2020 lalu,adalah untuk membicarakan gagasan konser virtual di tivi swasta. Bang Haji setuju, tetapi dia sudah punya agenda serupa dengan Iwan Fals. Wanti-wanti dia minta agar tidak bentrok. Karena waktunya hampir bersamaan, acara yang kami gagas batal. 

Dalam kesempatan itu saya dan Imam sempat melakukan wawancara. Mulai dari soal penciptaan lagu hingga politik. Menurut Bang Haji, lagu / musik baginya adalah alat perjuangan untuk menegakan amar ma’ruf nahi munkar. Tetapi belakangan ia merasa musik tak efektif lagi mengingatkan orang, ia memutuskan terjun ke politik agak bisa ikut memberi pengaruh langsung. Seperti kita tahu, meskipun memiliki penggemar jutaan, Rhoma Irama gagal dalam politik. 

Rhoma Irama adalah pemusik, penyanyi dan pencipta lagu dangdut tak ada duanya sampai saat ini. Dengan jargon “voice of islam”, ia berdakwah melalui lagu. Meskipun mengandung syiar agama, lagu-lagunya enak didengar, aransemennya rancak. Ada sentuhan rock dan corak India dalam musiknya. Salah satu lagunya yang paling saya suka adalah “Santai”. Waktu mulai belajar gitar saya suka memainkan petikan bass yang menjadi intro lagu ini. 

Musik dan lirik lagu memang bisa mempengaruhi emosi orang. Seseorang bisa bahagia, bisa sedih, marah, atau insaf dan bahkan bunuh diri  karena pengaruh lagu. 

“Hanya lagu yang bisa mempengaruhi emosi manusia pada saat bersamaan,” kata budayawan Remy Silado. 

Padahal bukan cuma lagu, olahraga juga bisa. 

Indonesia adalah bangsa yang dikaruniai bakat seni luar biasa. Khusus untuk musik, sampai tahun 90-an bermunculan begitu banyak pemusik, penyanyi, yang memainkan / menyanyikan berbagai genre musik. Ribuan lagu indah dengan lirik menggugah lahir. 

Era itu telah berakhir. Saat ini sudah sulit lahir lagu-lagu dengan lirik yang kuat dan melodi indah. Jiwa masyarakat semakin keras. Bahkan musibah tenggelamnya kapal selam Nanggala 402 milik TNI AL belum lama ini dikomentari tidak pantas oleh netizen. Netizen memang maha benar. Ada yang mengungkapkan pikirannya melalui tulisan di medsos, melalui lagu atau gerakan-gerakan tari seperti di Tik Tok. 

Tidak jarang tulisan yang muncul, baik di media resmi atau medsos, direspon dengan komentar-komentar dangkal, bahkan bernada kemarahan. 

Dalam musik pun demikian, banyak lagu yang diciptakan hanya menggambarkan perasaan dangkal atau rasa frustrasi. Salah satunya adalah lagu berjudul “Ampun Bang Jago” karya Jonathan Dorongpangalo (Tian Storm) dan Everly Salikara (Everslkr). Melalui lagu tersebut seakan keduanya mengajak masyarakat untuk langsung saja meminta ampun, bukan meminta maaf, kepada orang yang tidak menyukai kita. 

Kalau memakai kacamata tahun 80 – 90an, saya pun berpikir, lagu apaan sih ini? Liriknya dangkal, melodinya kagak enak. Tetapi setelah dicermati, rupanya ini lagu ampuh untuk menyampaikan “excuse” kepada orang lain yang tidak suka atau marah kepada kita, apapun sebabnya. 

Ya sudah, aku rela. Maka akupun mencoba menyanyikan lagu ini. 

Ampun bang jago 

Sory bang jago 

Abang jago 

Yeah bom bom bom bom bom….

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer