Sei de.id – “Jika anda berani memberi secara total, maka, anda pun akan menerimanya total.”
Inilah kisah menarik seorang petualang yang kehausan dalam perjalanan.
Tatkala dia sangat kehausan, ditemukannya sebuah gubuk reot, tak berjedela, kotor, dan penuh laba-laba.
Sesampainya di dalam, buyarlah seluruh harapannya, karena dia tidak menemukan setetes air pun.
Eh, ternyata, di sana ada sebuah pompa air berkarat, penuh debu, dan laba-laba. Saat hendak digunakannya, ternyata, mesinnya tidak berfungsi.
Tampak di samping mesin pompa air itu, tergeletak sebuah kendi air. Diambilnya kendi itu dan ternyata di dalamnya berisi air.
Matanya menangkap sebuah tulisan, berbunyi, “Anda, harus memompa mesin air ini dengan menuangkan seluruh air ke dalam mesin, dan. . . Anda pun harus mengisinya kembali sampai penuh sebelum pergi.”
Terjadilah perang batin serta keraguan. Apakah benar isi tulisan ini. Jika saya menuangkan seluruh isi kendi ini, dan ternyata mesin pompa air ini tetap tidak dapat berfungsi, maka saya pun dapat mati kehausan.
Kini, ada dua alternatif yang perlu segera dilaksanakannya.
Dan Saudara, pilihannya, jatuh pada alternatif kedua, ialah ia harus menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam mesin pompa.
Ternyata, setelah dalam keraguan saat menuangkan air ke dalam mesin air, dan lalu kerek mesin diputarnya, maka terpancarlah air dari dalam mesin itu.
Betapa bahagia hati sang pengembara itu. Lewat pergulatan dasyat ini, dia akhirnya menemukan sebuah filosofi hidup, bahwa jika dalam hidup ini, saya berani bersikap total, maka saya pun akan menerima hasil berlimpah.
Saudara, semoga lewat kisah ini, kita pun disadarkan, agar dalam hidup ini, kita pun berani memberi secara total, dan jangan hanya menuntut untuk diberi dan menerima.
Sering, Saudara, betapa mudah kita kecewa dan merasa, bahwa harapan kita, mengapa tidak segera terpenuhi. Dan doa-doa kita pun, mengapa selalu tidak segera terjawab.
Mungkin Saudara, pemberian kita selama ini belumlah dengan sepenuh hati. Maka, hasil yang kita peroleh pun sering tidak sesuai dengan harapan serta doa-doa kita.
Mari, kita belajar untuk selalu memberi sebelum menerima!
Bukankah, hidup kita ini pun adalah sebuah “gratia dei,” “pemberian gratis” dari sang Tuhan?
Oleh: Fr. M. Christoforus, BHK