“Eling lan waspada”, falsafah Jawa yang memiliki makna mendalam. Kita diajak untuk selalu ingat dan hati-hati dalam menjalani hidup ini agar tidak celaka dan binasa.
Bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang sulit, jika kita berani menjalaninya dengan kesungguhan hati. Kita diberi hidup agar kita merasa memiliki dan bertanggung jawab dengan hidup kita sendiri.
Coba renungkan dan bertanya pada diri sendiri: arti dan tujuan hidup kita yang sebenarnya di dunia ini.
Jangan ragu, bimbang, apalagi bingung untuk memutuskan. Hidup adalah pilihan. Kita sendiri yang memutuskan dan menjalaninya.
Jika hidup ibarat peziarahan, apakah jalan kita terarah dan fokus untuk mencapai tujuan?
Begitu pula, jika kita mempunyai mimpi, cita-cita, atau harapan yang hendak diwujudkan dalam realita, apakah kita sungguh fokus dan berjuang untuk mencapainya?
Kenyataannya, kita sering asyik dan sibuk dengan ego sendiri, cengengesan, main tak tentu arah, dan malas-malasan.
Sekiranya hidup kita jelas, terarah, dan fokus pada tujuan, tidak seharusnya kita bermalas-malasan. Kita meladeni komplain dan nyinyiran orang, hingga ngotot dan mati-matian memberi penjelasan untuk membela diri.
Ketika hati ini konslet, bersiaplah kita untuk terbakar dan menjadi abu alias kalah.
Sebaliknya, jika kita selalu berpikir positif dan berprasangka baik terhadap orang lain, dijamin kita tidak bakal konslet.
Kita tidak mudah tersinggungan, karena kita memiliki alat pemadam untuk meredam hati agar tidak emosi.
Kita berani meninggalkan ego sendiri untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Sekaligus kita belajar mengambil hikmah dalam setiap masalah.
Dengan eling lan waspada, kita memaknai hidup sebagai anugerah Allah.
Kita memiliki dan bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri. (MR)