Seide.id – Dalam falsafah hidup masyarakat Jawa, dunia terdiri dua konsep kosmos yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.
Makrokosmos erat kaitannya dengan eksistensi alam semesta sebagai sumber kehidupan.
Sedangkan mikrokosmos berkaitan dengan manusia yang menjalankan kehidupan di dunia.
Manusia sebagai bagian dari mikrokosmos sudah seharusnya menciptakan harmoni dengan alam dengan cara tidak merusak dan senantiasa merawat dan melestarikan alam.
Orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah “Memayu Hayuning Bawana”.
Disamping itu, manusia dalam memperoleh kesempurnaan hidup tidaklah mudah.
Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui.
Dalam falsafah Jawa ada beberapa konsep ajaran yang dapat dilakukan agar tujuan tersebut bisa diraih seperti Konsep Triloka dan Konsep Mandala.
Perbedaannya apa antara Konsep Triloka dan Konsep Mandala?
Konsep Triloka adalah konsep yang membagi kehidupan manusia berdasarkan 3 tata alam seperti Alam Niskala, Alam Niskala – Sakala dan Alam Sakala.
Sedangkan Konsep Mandala adalah hubungan sinergisitas antara manusia dengan alam.
Ada upaya-upaya manusia dalam menciptakan keselarasan tersebut.
Salah satu Konsep Mandala adalah adanya keyakinan terhadap keberadaan Sedulur Papat sebagai pendamping manusia sejak lahir.
Sedulur Papat jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya saudara berjumlah empat.
Hanya saja wujudnya tidak nampak secara jasmaniyah sehingga manusia sulit untuk menyadari keberadaannya.
Keempat saudara yang dimaksud itu siapa saja?
1. Kakang kawah, merupakan representasi dari air ketuban yang keluar sebelum seorang ibu melahirkan. Berwarna putih dan letaknya di sebelah timur.
2. Adhi ari-ari, merupakan representasi dari plasenta yang keluar setelah seorang ibu melahirkan. Berwarna kuning dan letaknya di sebelah barat.
3. Getih, merupakan representasi dari darah yang keluar saat seorang ibu melahirkan. Berwarna merah dan letaknya di sebelah selatan.
4. Puser, merupakan representasi dari pusar yang dipotong usai seorang ibu melahirkan. Berwarna hitam dan letaknya di sebelah utara.
Lantas bagaimana dengan konsep Kalimo Pancer?
Kalimo Pancer sendiri pada dasarnya merupakan representasi dari tubuh manusia.
Sehingga Sedulur Papat Kalimo Pancer dimaknai sebagai bentuk saling keterikatan.
Sedulur Papat ada karena keberadaan tubuh manusia.
Manusia pada umumnya tidak menyadari keberadaan dari Sedulur Papat namun dalam falsafah Jawa, mereka akan membimbing manusia jika manusia tersebut mau mengenali mereka tetapi jika manusia tersebut tidak peduli dengan keberadaan mereka sudah dipastikan jika mereka akan bersikap sebaliknya.
Mereka akan tidak peduli pada manusia tersebut.
Keberadaan Sedulur Papat Kalimo Pancer ini didukung oleh adanya Mar dan Marti.
Apa itu Mar dan Marti?
Mar direpresentasikan sebagai udara yang dihembuskan oleh seorang ibu saat melahirkan.
Sedangkan Marti direpresentasikan sebagai ungkapan kelegaan seorang ketika bayi yang dilahirkan selamat.
Bagaimana eksistensi Sedulur Papat jika manusia sudah menghadap Sang Pencipta?
Jika manusia meninggal dunia maka Sedulur Papat juga akan pergi dengan sendirinya dari raga manusia yang sudah meninggal.
Sedulur Papat tersebut nantinya akan diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk terlahir kembali sebagai manusia.
Begitulah konsep Sedulur Papat Kalimo Pancer yang diyakini oleh masyarakat Jawa.
Dalam konsep tersebut kita belajar bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri.
Ada kekuatan-kekuatan magis yang menyertai manusia.
Alangkah lebih baik jika dalam menjalani kehidupan, manusia senantiasa mawas diri dan tidak bersikap angkuh dan serakah.
Elisabeth Philip, Tokoh Pembangkit Ekonomi Warga Desa Tlogoweru Demak