Segelas Kopi, Paus Fransiskus, dan Harmoni

Petir kilat menyambar
Hujan deras mengguyur
Angin berhembus kencang
Hari sepi lengang
Aku sendirian bengong
dengan secangkir kopi pahit
di pendopo belakang sempit
sambil memegang gadget.

Banjir berita medsos
Seperti air hujan deras
menggenangi halaman rumah
mendorong sampah di got
menyiram tanah gersang
karena pertikaian dan perang
yang menakutkan manusia
yang menumpahkan darah
yang menghilangkan nyawa
yang meruntuhkan bangunan
yang hancurkan pemukiman
yang lenyapkan harmoni persaudaraan
yang hilangkan damai kemanusiaan.

Kutanya kepada kopi-ku
Selain doa semua orang
Apa caranya hentikan perang
Apa kiatnya merajut damai
Siapa yang bisa berperan
jadi mediator pihak bertikai
jadi penghubung pihak berperang.

Kopiku berbisik lirih
“Aku hitam pekat pahit
Tapi dinikmati banyak peminat
Bisa jadi alat perekat
Bisa jadi duta penyelamat
Sampaikan Bapa Paus
Beliau Yang Mulia
Pimpinan Rohani Katholik sedunia
Pimpinan Negara Vatikan
Beliau tokoh kemanusiaan
Beliau mencintai kehidupan.

Undanglah ke istananya
Para Pemimpin yang berperang
Datang minum segelas kopi
Lalu
ada kesempatan sederhana
untuk bertemu dan dialog
namaku kopi menjadi alasan
Jamuan minum kopi di Vatikan
antara Paus Fransiskus
dengan Presiden Rusia
dengan Presiden Ukraina
dengan Presiden Amerika Serikat
dengan Anggota NATO
dengan Presiden Uni Eropa
dengan Presiden China
dengan Presiden Korea
dengan Presiden Iran
dengan Raja Arab Saudi
dengan Perdana Menteri Israel.

Hanya dengan namaku
Jamuan minum kopi
Ada pertemuan pribadi
Paus Fransiskus dan Presiden
dari setiap negara
Maka doa menjelma
dalam persaudaraan
saat perjumpaan dua pihak
Lalu
Kopi melahirkan harmoni.

Jamuan minum kopi
Menjadi berita bergengsi
menjadi momen berarti
menjadi mata air sejuk
menjadi viral dan sejarah
Karena
dibuat oleh Paus Fransiskus
Pimpinan Gereja Katolik
Pimpinan Negara Vatikan
Atas nama kemanusiaan
dengan Doa dan Cinta
untuk seluruh dunia.

Hujan deras pun redah
Aku seruput lagi kopiku
Hari kembali benderang
Cahaya senja warna-warni
Burung beterbangan ceria
di antara bahagia pepohonan
setelah dahaganya dipuaskan
Induk ayam dan anaknya
berlari ceria di halaman
mencari rezeki sebelum malam
Dan kutulis sajak ini.