Pro dan kontra itu hal biasa. Beda pendapat itu juga lumrah. Tidak seharusnya diperdebatan sambil ngotot untuk pembenaran sendiri. Lebih bijak jika kita saling menghargai.
Begitu pula halnya dengan cangkok jantung hewan pada manusia. Mengapa harus menjadi kontraversi? Apa yang salah, jika untuk kemajuan ilmu pengetahuan, demi kemanusiaan, dan kebaikan bersama?
Maaf, seharusnya kita berani untuk membuka jendela pikiran sendiri.
Kita toh bukan katak dalam tempurung. Hidup yang dibatasi dengan kepicikan diri membuat kita semakin jauh ketinggalan dibandingkan dengan orang lain.
Saatnya kita berhenti berkutat dan berdebat untuk hal-hal yang tidak perlu. Tidak seharusnya kita memperuncing masalah menjadi semakin berlarut-larut. Lebih baik kita duduk bersama untuk menyatukan persepsi, hidup harmoni.
Perbedaan yang dianugerahkan Allah pada umat-Nya tak lebih menunjukkan kemahasempurnaan-Nya. Manusia adalah ciptaan-Nya yang sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Sekali lagi, kita jangan pernah membatasi diri untuk mengeksplorasi talenta dan anugerah-Nya bagi kemajuan umat manusia. Sekaligus sebagai ungkapan syukur bagi kemuliaan-Nya.
Kita harus berani menerima kenyataan, betapa majunya ilmu pengetahuan modern di segala aspek kehidupan.
Dunia ada dalam genggaman dengan segala kemudahan yang membuat kita berasa semakin bodoh.
Untuk menyikapi semua itu kita dituntut berani belajar dan berubah untuk mengaktualisasi diri agar semakin bijak.
Coba kita renungkan bersama. Sekiranya kita sendiri yang harus menjalani operasi cangkok jantung menggunakan organ babi.
“Jika operasi tidak segera dilakukan, nyawa kita tidak tertolong, atau kita melakukanya agar hidup.”
Dengan berpikir jernih dari hati yang bening, kita menjawab hal di atas.
Allah mengenali hamba-Nya bukan dari keadaan fisik, melainkan dari amal dan perbuatan baik kita.
Pertama Kali Dalam Sejarah, Jantung Babi Dicangkokkan Ke Manusia