Sekat – Belajar Dari Nurani

Disadari dan dirasakan atau tidak, hidup kita tidak bisa terlepas dari sekat.

Setiap saat kita melihat sekat, baik itu sekat rumah, pikiran, atau sikap hidup keseharian kita. Kenapa kita tidak bisa lepas dari sekat?

Sekat itu bagian dari hidup kita. Sekat itu baik, sekiranya kita tahu manfaat dan kegunaannya.

Sekat itu berfungsi untuk menata, mengfungsionalkan suatu ruangan supaya terlihat luas, rapi, dan indah. Apa jadinya rumah tanpa sekat?!

Berbeda dengan sekat dalam kita bersikap, berpikir, maupun bergaul. Kita mesti pandai menerapkan sekat supaya dalam hidup keseharian kita tidak terganggu atau dibatasi oleh sekat itu sendiri.

Pergaulan yang dibatasi dengan sekat membuat kita seperti suka pilih-pilih pertemanan, meremehkan orang lain, canggungan, dan seterusnya.

Dengan sekat itu, tidak sedikit di antara kita yang berasa lebih hebat, pintar, kaya, dan lebih terhormat dibandingkan dengan yang lainnya.

Sekat itu membatasi pergaulan kita, karena kita tinggi hati.

Ketika berani melepas sekat hati sendiri, hidup kita berasa plong dalam pergaulan. Kita menerima pertemanan tanpa membeda-bedakan, mengkotak-kotakkan, melainkan secara iklas dan tulus.

Begitu pula dengan pola berpikir kita sendiri.

Ketika kita dibatasi oleh sekat, karena beda politik, ras, atau agama, kita bisa menjadi batu sandungan atau sekat yang memisahkan kita dengan yang lain.

Padahal, sejatinya perbedaan itu kudu disyukuri sebagai anugerah Allah. Bukan sebagai jurang pemisah, karena kebodohan cara berpikir kita yang egoistis.

Sedang sekat bagi seorang kreator itu tidak berguna, ketika ia berkreasi untuk meliarkan imaji tanpa batas.

Apapun fungsi dan kegunaannya, sekat itu bisa kita lepas dari pikiran dan hati kita, sekiranya kita mau membuka diri dan hati ini untuk menerima Sang Maharendah Hati. Kita belajar melalui hati nurani sendiri… (MR)

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang