Seide.id -Seorang teman bertanya kepada saya, “Bagaimana agar kita hidup bahagia?”
“Miliki hati yang selalu mencintai dan mengasihi, tidak yang lain.”
“Berat dan sulit, ya,” komentarnya.
Saya tersenyum. Jawaban saya terdengar klise, kuno, atau bisa juga orang bilang sekadar berbasa basi. Tapi itu realita, fakta yang tidak dapat diganggu gugat.
Bahagia itu suasana hati sendiri, yang tidak muncul secara tiba-tiba, tapi dicipta. Bahagia itu pilihan dan anugerah Allah.
Ketika kita melihat seorang nenek membawa beban berat, kita mau bersikap cuwek dan masa bodoh, atau peduli. Kita membantu nenek itu, atau memberinya minum.
Ketika melihat kecelakaan di jalan, kita sekadar nonton, nampang, berlagak ala wartawan sambil memvidiokan demi konten, atau peduli. Meski ada urusan atau pekerjaan yang lain, tapi hati ini tergerak, karena kemanusiaan.
Ketika kebaikan tidak ditanggapi, dicemooh, dan dianggap sebagai pencintraan. Kita sakit hati, lalu menanggapi untuk membela diri. Atau berbesar hati dan mendoakan mereka, karena mereka tidak tahu apa yang diperbuatnya.
Ketika terjadi perselisihan dalam keluarga. Kita menuruti ego dan mau menang sendiri, atau kita berani mengalah, tanpa harus mencari yang salah dan benar, tapi kita berinisiatif minta maaf terlebih dulu. Untuk saling mengampuni dan mengasihi.
Sesungguhnya, hidup bahagia itu sederhana. Yang pertama dan terutama adalah kita miliki hati yang senantiasa mengasihi sesama.
Kita membenci perbuatan tercela, jahat dan negatif lainnya, tapi kita mengasihi sesama dan mendoakan mereka.
Katakan dengan bunga, karena kita mencintai. Katakan dengan cinta, karena kita mengasihi sesama, dan bahagia.
…
Mas Redjo/ Red-Joss