Seide.id – Pernah muda itu biasa. Yang luar biasa itu, jika kita miliki semangat cinta, meski usia makin menua.
Usia tua itu karunia Allah yang harus disyukuri, dinikmati, dan dimaknai. Karena sesungguhnya hidup ini untuk memberi agar kita tidak kehilangan arti.
Resep memberi itu juga sederhana, tapi tidak semua orang itu “mau dan mampu” melakukannya. Kita memberi dengan ikhlas hati sebagai sumber hidup damai, sejahtera, dan bahagia.
“Sumber hidup bahagia itu, ketika apa pun yang kita lakukan pada sesama itu didasari oleh cinta kasih.” Karena semua orang itu layak dihargai dan dihormati.
Tidak harus dengan melakukan hal-hal besar dan hebat. Apalagi jadi pusat perhatian, pecintraan, dan viral. Tapi kita dapat melakukan dari hal yang kecil, tapi dengan cinta yang besar. Dimulai dari lingkungan sekitar, terutama dari keluarga sendiri.
Sesungguhnya, apa pun yang kita lakukan, jika didasari cinta kasih itu berarti kita melakukan dengan tulus hati, dan ikhlas.
Hidup ikhlas itu tidak datang secara ujug-ujug, sekonyong-konyong, tapi untuk dilatih dan diusahakan secara kontinyu agar mengakar kuat dan menjadi kebiasaan baik.
Hidup ikhlas hati, ketika kita berani untuk tidak menolak atau berontak terhadap kenyataan, jika perbuatan baik itu tidak direspon, ditanggapi, atau bahkan dicibir sekali pun.
Sebaliknya, jika kita berontak dan menolak terhadap cemoohan atau hinaan orang lain, berarti kita memberi dengan pamrih.
Begitu pula yang semestinya kita lakukan dalam keluarga. Semisal pasangan kita atau anak dimintai tolong, tapi membantah atau tidak mau melakukan. Kita sekadar mengingatkan mereka dengan lembut dan kasih. Kita melakukan hal itu sendiri sebagai bentuk perhatian dan kasih. Rela berkorban demi keutuhan dan kebahagiaan keluarga.
Semangat untuk memberi itu tak harap kembali. Kita memberi tanpa kehilangan, karena tulus dan ikhlas hati.
…
Mas Redjo/ Red-Joss
