Foto : Istock
Hidup semeleh itu tidak semudah dan seringan saat diucapkan. Tapi sungguh sulit dan berat untuk dijalani. Ibaratnya, kita mendaki gunung sambil membawa beban berat.
Semeleh, sikap semeleh itu tidak cukup, jika sekadar niat, keinginan, dan angan-angan semata. Lalu kita diam dan tidak berbuat apa-apa.
Semeleh itu aksi yang datang dari kesadaran diri. Hidup yang dinafasi oleh motivasi, tekad, komitmen, disiplin kuat, dan perjuangan tak henti agar kita dimampukan untuk berserah, hidup ikhlas.
Dengan bersikap ikhlas, kita belajar sabar sesabarnya dalam menjalani hidup yang berat ini tanpa sambat, tapi harus tabah dan kuat. Kita tidak goyah dalam menghadapi godaan nikmat dunia. Prinsip kita bukan ora ngedan ora keduman, melainkan hidup untuk memberi.
Ya, dengan memberi, kita belajar untuk mengalah, mendahulukan kepentingan orang lain, dan murah hati.
Sikap murah hati agar kita tidak menghakimi atau membenci. Tapi mudah memaafkan, mengampuni, dan mendoakan orang lain agar hidup kita tak ada beban.
Pribadi yang ikhlas itu juga tidak mudah korslet, meskipun direndahkan, dihina, atau difitnah. Karena terbiasa untuk berpikir positif dan berprasangka baik pada orang lain.
Semeleh, hidup yang semeleh itu sejatinya mengarahkan kita untuk jadi pribadi yang rendah hati, mengasihi, dan pasrah pada rencana Allah.
Berserah Pasrah Itu Mudah Menjalaninya Sulit