Itu wajar. Sejak kecil kita dimotivasi dengan pameo, “Raihlah Cita-citamu Setinggi Langit.” Untuk menjadi dokter, insinyur, arsitek, dan sederet gelar prestise lainnya.
Ingin hebat & sukses itu tidak dilarang. Tapi disadari atau tidak oleh kebanyakan orangtua, motivasi tanpa diimbangi hidup bersosialisasi dengan sesama, membuat anak bertumbuh dengan egonya, induvidualistis, bahkan bisa jadi anak kehilangan tata krama. Unggah ungguh.
Coba amati dalam keluarga kita sendiri. Seberapa kuat kita menanamkan nilai-nilai kebaikan, etika, unggah-ungguh …? Atau mungkin kita tak peduli, anak dibiarkan sibuk & asyik dengan dunianya sendiri? Yang penting kita penuhi kebutuhan anak, hingga kita lupa memberi perhatian & kasih sayang. Akibatnya, bisa teramat mahal & fatal, ketika anak kehilangan jati diri & ‘nakal’ di luaran.
Orangtua pasti ingin agar anak-anaknya bertumbuh, hebat, & sukses. Kita tak segan mendorong anak untuk ikut beberapa macam kursus sekaligus agar anak menjadi aktif & berprestasi. Anak dimotivasi untuk berkompetisi & menjadi yang terbaik. Apa benar, semua itu untuk masa depan anak?
Coba direnungkan.
Dengan mendorong anak untuk berkompetisi dan berprestasi berarti kita tumbuhkan & arahkan anak untuk bersaing. Hidup dalam persaingan. Anak ingin menjadi yang terbaik. Memenangkan persaingan demi persaingan. Anak kehilangan masa kanak-kanak yang indah, karena tanpa sadar kita mengkarbitnya. Anak bertumbuh & matang lebih cepat.
Sebenarnya, siapa yang bangga dengan prestasi anak? Orangtua yang miliki anak hebat berprestasi atau anak itu sendiri?
Menyiapkan masa depan anak itu baik, teramat baik. Tapi, bukannya memaksakan, menjejali, & membentuk karakter anak sesuai yang kita maui. Lebih bijak, jika kita mengarahkan anak sesuai bidang pilihan yang disenangi atau bakatnya. Anak bertumbuh secara alami.
Membentuk & arahkah anak menjadi hebat itu mudah. Jauh lebih sulit, jika kita mengajari & membangun kesadaran anak untuk peduli, berempati, berbudaya tertib, hargai orang lain, atau berunggah ungguh.
Tidak sedikit di antara kita yang cuwek, ketika melihat kecelakaan. Bahkan kita asyik nonton & memviralkan kejadian. Kita asyik bermain hp, sementara orangtua atau ibu hamil bergelayutan di bis.
Sukses di bidang akademisi & berkarier itu sungguh hebat, ketika diimbangi dengan miliki budaya tertib, bertoleransi tinggi, & berjiwa peduli terhadap sesama.
Saatnya kita bersatu padu & bergotong royong tanggulangi pandemi Korona. Keselamatan bangsa adalah tanggung jawab kita bersama!