Setahun sekali, ramapi-ramai berkumpul dan saling memaafkan. (foto: CiPilot/ Seide)
Seharusnya, hari Lebaran jatuh pada hari ini, Rabu 10 April 2024. Tapi, kaum Muhamadiyah, sudah berlebaran kemarin tanggal 9 April 2024. Sebelumnya, tanggal 3, Pengikut Tarekat Syattariyah yang tersebar di berbagai kabupaten di Provinsi Aceh merayakan Idul Fitri seminggu lalu.
Sama dengan yang dilakukan Kelompok Muslim Suni yang berada di Desa Wakal, Kecamatan Leihitu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Termasuk Para jemaah Tarekat Naqsabandiyah yang berada di Kota Padang, Sumatra Barat juga melaksanakan Idul Fitri pada Senin, serta Jemaah An Nadzir di Gowa, Sulawesi Selatan. Semuanya telah lebaran seminggu lalu.
Karena Lebaran
Lebaran memiliki hitungan masing-masing. Hari ini, 10 April adalah lebaran versi pemerintah. Tanggal 3 adalah versi lebaran kelompok masyarakat lain. Semua punya lebaran sendiri-sendiri dan semua baik-baik saja. Semua dilakukan untuk merayakan kebersamaan.
Meski pemerintah menentukan curi lebaran tanggal 8 April, namun tanggal 1 April sesudah ambil gajian, semua sudah pulang kampung. Tukang, pembantu rumahtangga, sopir semua pulang kampung. Perusahaan yang karyawannya kebanyakan orang luar Jakarta, akan sepi selama lebih dari sepekan. Beberapa buruh demo di perusahaan meminta THR lebih. Satu kali gaji tidak cukup. Mereka ingin lebih dan lebih. Apa tieak cukup memperoleh secukupnya ? Tidak !. Semua ini karena lebaran.
Seminggu sebelum lebaran hari ini, semua sibuk mencari makanan di rumah, kado, bingkisan lebaran atau berburu amplop. Tukang sampah yang biasanya pendiam, menjelang lebaran ini, mau ambil sampah perlu berteriak agar si empunya rumah keluar memberikan bingkisan lebaran atau amplop.
Ada aparat desa, termasuk lurah mulai menyuruh anakbuahnya berburu amplop perusahaan. Tak peduli mereka sudah untung atau malah buntung. Lupa, amplop lebaran hanya layak untuk anak yatim dan miskin. Kalau gak dikasih lurah mengancam akan menutup bisnis pengusaha. Usai puasa 30 hari, orang lupa manfaat puasa, dosa dan hidup kembali fitri. Semua ini dilakukan karena lebaran.
Besok Lebaran Apakah Kita Akan Lebih Suci ?
Naik Karena Lebaran
Masuk salon biar hari ini bisa lebaran tampak cantik harus rela merogoh beaya lebih. Pemilik salon memperlakukan kenaikan hingga 50%. Mau cuci mobil harus tanya dulu berapa meski sudah langganan, sebab cuci mocil menjelang lebaran yang biasanya Rp 35 ribu, sekarang Rp 100,000. Ini semua karena lebaran.
Jangan harap menjelang lebaran ada rapat bisnis, presentasi atau meeting membuat deal sebuah dua buah proyek. Tak ada proyek menjelang lebaran. Semua harus ditunda karena lebaran.
Apa sesungguhnya yang dilakukan orang-orang yang begitu menyepelekan hal lain kecuali lebaran. Sepertinya dunia akan berhenti jika tanpa lebaran.
Benar, lebaran adalah saat berkumpul keluarga. teman, sahabat dan sanak saudara. Orang-orang yang berlebih perlu bawa mobil bagus pulang kampung sebagai simbol keberhasilan di kota. Selebihnya adalah tradisi yang sudah mengakar dan menjadi momentum setahun sekali.
Tradisi
Tak ubahnya di China dengan tradisi Chunyun. Dimana orang-orang China pulang kampung untuk Festival Musim Semi Tahun Baru Imlek dengan keluarganya. Sama dengan Balek Kampung di Malaysia. Di India, mudik paling banyak dilakukan saat merayakan festival cahaya atau diwali. Dalam momen yang jatuh pada Oktober atau November selama 5 hari berturut-turut ini, umat muslim dan non-muslim di India akan pergi ke kampung.
Orang Turki akan pulang kampung saat Seker Bayram atau sebutan untuk perayaan Idul Fitri di sana. Orang-orang pulang Natal untuk berkumpul keluarga, setahun sekali. Pengemis yang biasanya rajin duduk di tengah trotoar, pulang kampung carter mobil dengan oleh-oleh melebihi tinggi mobil. Semua dilakukan karene labaran.
Semua sibuk pulang kampung harus membawa materi sebanyak mungkin, sebagus mungkin. Semua karena lebaran atau apapun namanya. Semua haus dimaklumi, harus dimaafkan. Ini semua karena lebaran.
Tetapi, hari tak hanya lebaran. Ada sehari yang ditumpakan untuk berbahagia besama keluarga, ada banyak hari yang dipikirkan untuk hal-hal yang besar. Yang tidak habis untuk hari ini saja. Lebaran bukan kaul. Bukan saatnya mengumpulkan sebanyak mungkin, bukan menghabiskan sebanyak mungkin.
Selamat berlebaran, maaf lahir bathin.