Foto : Bart La Rue / Unsplash
Jangan mudah dibohongi mata. Melihat orang posting jalan-jalan ke luar negeri, suasana mewah pesta, atau makan di hotel berbintang, itu tidak identik mereka bahagia.
Sama halnya, ketika kita melihat orang yang bekerja keras di pelabuhan, terminal, pasar, atau di sawah, itu tidak identik mereka menderita.
Bahagia atau menderita itu datang dari pikiran sendiri, bagaimana kita menyikapi dan mensyukuri hidup ini.
Sawang sinawang itu mestinya disikapi dengan pikiran positif dan kejernihan hati agar kita tidak salah persepsi.
Orang posting hidup mewah, apakah kita jadi silau untuk mengikuti gebyarnya? Apakah hal itu cocok dengan gaya hidup keseharian kita?
Sekiranya kita mengambil sisi positifnya, berarti kita diajak bekerja lebih giat, berhemat, dan menabung untuk mewujudkan impian itu.
Ketika tabungan telah mencukupi, apakah ingin pergi sendiri, bersama keluarga, lalu kita posting di medsos juga?
Hidup bahagia itu tidak harus dicari di tempat-tempat wow, mewah, atau terlebih dulu kita jadi hebat.Hidup bahagia itu dapat kita rasakan dan nikmati dari hal yang sederhana dan remeh temeh. Bahkan lewat senyum atau sapaan kita yang tulus.
Dengan senyum dan sapa, kita mampu mengusap jiwa yang letih, gersang, atau tengah berduka jadi terhibur, dan bahagia.
Sejatinya, hidup bahagia itu dimulai dari keluarga kita sendiri.
Sudahkah kita tersenyum dan menyapa dengan tulus hati pada anggota keluarga dan orang-orang di sekitar kita?