Seorang Lelaki dan Sepiring Nasi

Seorang Lelaki dan Sepiring Nasi

Banyak makanan terhidang, namun normalnya, hanya beberapa yang dimakan. Di depan kita banyak hal menarik dan bagus, namun tak semua mesti harus dimiliki. Menikmati saja bisa jadi kenikmatan hidup sejati dan tidak membosankan.

Denok, sesungguhnya seorang isteri yang sangat menghormati suami dan ingin memuaskan suami dalam hal apapun. Termasuk soal makan.

Malam itu, Denok menyajikan makanan serta lauk pauk kesukaan Jalidin; pecel madiun, gudeg dan krecek Singosaren, sambel goreng ati, bakmi goreng Kalasan, ayam betutu, sop makroni, dan terong sambel matah ati. Di sebelahnya, kerupuk dan karak Solo menemani makan malam itu beserta lalapan daung singkong dan sambal hijau.  

Ini bukan makanan harian keduanya. Sajian kali ini khusus merayakan kebebasan Jalidin keluar dari penjara, setelah 3 bulan masuk bui. Jalidin dibui atas sesuatu yang tidak didlakukan: korupsi. Ia hanya kepala divisi legalitas perusahaan dan tugasnya adalah menandatangani semua surat keluar, termasuk kontrak kerja. Pimpinannya tak mau tandatangan, sebab nilainya di bawah Rp 1 miliar. Jalidin tandatangan dan ia terkena delik menyetujui pengeluaran yang dananya menguap entah kemana. Dua tahun kurungan hanya dihabiskan 3 bulan setelah ada bukti baru, selretaris pimpinan menilep uang Rp 1 miliar.

Jalidin memandang semua makanan di atas meja sambil melihat isterinya tersenyum melihat Jalidin senang. 

“ Isteriku, semua sajianmu terasa enak semua. Namun aku tak akan makan semuanya. Aku makan hanya sepiring nasi saja beserta sedikit lauk yang sangat ingin aku makan. “

Jalidin menikmati makan itu sembari sesekali bilang enak atau mak jus. Denok tentu saja senang. Namun rasa penasarannya tetap ada dan itu diujudkan dalam bertanya.

“ Mas, kenapa gak mencicipi semuanya? Bukankan di penjara tidak ada makanan seenak di sini ?”

Jalidin meminum air putih dan menghela nafas agak panjang.

“ Isteriku. Semua yang ada di meja ini enak semua. Tapi tidak semua yang ada dan yang enak, harus kita makan. Perut kita punya keterbatasan berapa piring yang harus kita makan. Keinginan kita banyak tapi tak semua harus kita inginkan. Makan secukupnya, berhenti saat akan kenyang. Nafsu mendorong kita untuk melahap semua hal, tapi pengendalian diri membatasi kita untuk meluluskan semua nafsu”

Jalidin menahan nafas lagi, sembari tersenyum.

“Begitu juga hidup di dunia ini. Banyak hal terhidang di depan kita. Semua tampak serba bagus dan menyenangkan. Tapi, apakah semua harus kita miliki ? Hal yang sudah kita miliki biasanya tidak memebri semangat kita untuk mendapatkan kegembiraan dan kebahagiaan baru. Kita bisa mati karena terkubur harta, karena tak bisas bernafas selalu dipenuhi keinginan. Orang harus tahu enough is enough. Cukup itu sudah cukup”

Jalidin memandang wajah sang isteri. 

“ Saya makan krecek sama karak saja enaknya sudah bukan kepalang. Tetapi makanan enak lain ketika kita kenyang, jadi tak enak. Semua hal yang ada di dunia jika kita inginkan, keinginan apa lagi yang masih tersisas kecuali menguasai semua hal dan itu terlalu mengenyangkan. Makan sepiring nasi, krecek dan karak sungguh kenikmatan luar biasa, ketika itiu dinikmati dengan orang-orang tercinta seperti dirimu”.

Jalidin menoleh ke Denok yang tampak tersipu-sipu. Jalidin tersenyum dan menoleh pada dinding ruang makan itu pada sebaris syair Kahlil Gibran. “ Arti penting manusia itu bukan terletak pada apa yang ia peroleh. Melainkan apa yang sangat ia rindukan untuk diraih. 

Denok mendekat ke Jalidin, memeluk dan berbisik. “ Mas, anak-anak sudah tidur. Yuk…

TULISAN MENARIK:

Bedanya Orang Kaya dan Orang Tidak Kaya

Jangan Lupakan Sejarah: Roadmap of Cryptocurrency Lahirnya Bitcoin

Terbalik

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.