“Hidup ini seperti mengendarai sepeda, untuk menjaga keseimbangan, kita harus tetap mengayuh”. – A. Einsten
Saat kita belajar menaiki sepeda, hal yang pertama kita lakukan adalah menyeimbangkan tubuh dengan sepeda. Perlu latihan yang rutin dan pantang menyerah untuk dapat melakukannya. Jika kita berhenti mencoba, kita hanya akan terjatuh dan tidak bisa menaikinya.
Begitu pula dalam hidup, kita dapat menyeimbangkan hidup jika terus bergerak. Kita perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bergerak memberi kita kekuatan untuk terus menjalani kehidupan yang sebenarnya.
Seorang sahabat, yang usianya berbarengan dengan usiaku, beberapa bulan lagi 70, mengatakan: “aku disarankan untuk tidak ikut puasa dan pantang”.
Jawabku: “Puasa saja. Nggak apa”. Saran yang nampaknya baik, dapat menjadi godaan Caranya dipilih yang cocok untuk lansia spt kita. Misal. Puasa mutih.
- Makan mutih. Jika sehari kita makan 3x, maka 1 x pakai lauk 2x nasi putih saja. Jika rutin, maka kita sudah pantang lauk 80 x
- Minum mutih. Minum air putih saja. Jika setiap hari kita minum manis 1x dari biasanya 2x, artinya kita sudah pantang 40 gelas manis.
- Bicara mutih. Tidak cepat mengeluh atau misuh.
- Melihat mutih Berbaik sangka pada orang lain. Senang melihat baiknya orang lain.
- Mendengar mutih. Menutup telinga dari aneka kabar negatif ttg org lain
Bukan prestasi kita cari, tetapi kesempatan untuk terus berbhakti. Semoga!
Salam sehat dan tak henti berbagi cahaya.(Jlitheng)