Dua wajah ramah dan ceria di sini memberikan kenangan mengharukan bagi saya. Yang kiri
sosok politisi, pejabat tinggi dan mantan menteri yang membumi. Yang kanan, wartawan teladan, yang rendah hati, tekun dan ramah. Keduanya merupakan pribadi yang menginspirasi dan menyenangkan.
Oleh DIMAS SUPRIYANTO
SUNGGUH mengejutkan ketika kemarin diberitakan Ferry Mursyidan Baldan meninggal dan jenazahnya ditemukan di mobil di basement gedung Bidakara, seusai menghadiri acara PMI, Jumat ( 2/12) pukul 13.43 WIB.
Padahal, dua hari sebelum meninggal Bang Ferry – begitu dia biasa dipanggil oleh para wartawan – menghadiri setahun meninggalnya Bens Leo, jurnalis senior, Rabu malam (30/11/2022) di pusat kuliner dan entertain M Bloc, Kebayoran Baru Jakarta, yang dihadiri para musisi senior, penyanyi, teman dekat dan keluarga Bens Leo memberikan apresiasi pada tim produksi buku.
Malam itu, Bang Ferry Mursyidan Baldan hadir bersama Triawan Munaf, Candra Darusman, Titiek Hamzah, Connie Constantia, Harry de Fretes, promotor Harry Koko Santoso, dan lainnya. Hadir pula istri mendiang, Dr. Pauline Endang dan anaknya Addo.
Matt Bento jurnalis senior, menuturkan, dia sempat meminta tandatangannya untuk buku mengenang Bens Leo, Tatkala Sejarah Musik Dicatat pada Bang Ferry dan itu menjadi perjupakan perjumpaan yang terakhir baginya.
Kepergian Bang Ferry yang tak terduga, membuat kami semua yang mengenalnya, terkejut. Beliau orang sibuk, aktif dan bugar. Tak ada tanda tanda mengidap suatu penyakit berat.
Sehari sebelum jenazahnya ditemukan, Bang Ferry dikabarkan masih menghadiri Wisuda Akademi Bakti Kemanusiaan Palang Merah Indonesia ( PMI), di Gedung Bidakara, Tebet, Jakarta Selatan. Beberapa kawannya melihat dia tampak sehat dan ceria sampai ia meninggalkan acara.
Namun, esok hari Jumat ( 2/12) pukul 13.43 WIB Ferry ditemukan petugas keamanan telah wafat di dalam mobilnya di area parkir gedung itu.
Saya mendapat kiriman foto posisi meninggalnya, dari WA Grup, nampak seperti tertidur duduk di depan kemudi. Polisi menyatakan tidak ada indikasi pidana, dan keluarga menganggap tidak perlu otopsi.
Jenazah Ferry ditemukan lebih 24 jam setelah diketahui meninggalkan acara PMI, Kamis (1/12) pukul 11.00 WIB. Keberadaan Kang Ferry di acara PMI dikonfirmasi oleh Husain Abdullah, Juru Bicara mantan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla dan Sasongko Tedjo, Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat.
Secara pribadi, saya baru saya kenal Ferry Mursyidan Baldan beberapa tahun terakhir melalui rekan rekan jurnalis peliput musik ibukota. Dia penggemar berat Chrisye, yang tak sekadar menyanyikan lagu lagunya, mengoleksi kaset dan CD-nya, menghadiri konser konsernya, melainkan juga mensponsori pertunjukkannya, serta penerbitan bukunya – setelah lama Chrisye tiada. Sosok penggemar setia. Bahkan dia menjadi Ketua Komunitas Kangen Chrisye (K2C).
Kesukaannya pada Chrisye membuat dia seperti orang biasa, seperti bukan menteri atau bekas menteri, yang cenderung terselubung wibawa. Jaga image.
Dengan para wartawan musik dia begitu akrab. Saya salahsatu wartawan yang pernah menulis artikel tentang Chrisye dan diterbitkan sebagai buku bunga rampai tentang Chrisye atas sponsornya.
Dengan pembawaannya yang ramah, rendah hati dan murah senyum, Bang Ferry dekat dengan wartawan. Sebagai Ketua Komunitas Kangen Chrisye dia mengagas lomba nyanyi lagu-lagu Chrisye, dan membuat lomba penulisan artikel tentang Chrisye. Semua pesertanya wartawan hiburan.
JURNALIS senior, yang lebih dekat dengannya, H. Ilham Bintang, menulis memoar di akun facebooknya, “Rasanya Sulit Kita Percaya, Kang Ferry Telah Pergi Selamanya” .
Sampai dikuburkan semalam, tidak diketahui penyebab kematian dan kapan persisnya almarhum mengembuskan nafas terakhir, katanya. Hanya ada informasi almarhum mengidap penyakit hipertensi dan diabetes yang memang terkenal silent killer. Mungkin itu salah satu pemicunya.
Jumat (2/2) malam, diantar iringan doa keluarga, kerabat, kawan sahabat jenazah almarhum langsung dikebumikan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Hanya beberapa jam disemayamkan di rumah. Ferry Mursyidan Baldan meninggal di usia 61.
Ferry kelahiran 16 Juni 1961 adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (27 Oktober 2014 hingga 27 Juli 2016). Sebelum itu, Ferry adalah anggota Komisi II DPR-RI periode 2004-2009 sekaligus Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Pemilu.
Kita ketahui kemudian setelah meninggalkan Partai Golkar Kang Ferry ikut memelopori pembentukan Partai Nasdem.
SEDANGKAN Benedictus Hadi Utomo yang lebih dikenal sebagai Bens Leo, saya kenal lebih lama. Dua puluh tahun lebih – pernah sama sama menjadi juri di Festival Film Usmar Ismail Award 2017 – 2018 lalu.
Mas Bens Leo, begitu kami memanggilnya, meninggal dunia pada usia 69 tahun di RS Fatmawati akibat terpapar virus Corona pada 29 November 2021. Beberapa hari sebelum meninggal, saya masih berbincang dengannya di Hall RRI Pusat Jakarta, dimana dia menjadi juri festival musik keroncong yang digagas penyanyi Indra Utami Tamsir (IUT).
Kesan melekat dari almarhum Bens adalah keramahan dan kesabarannya menghadapi para jurnalis junior, seperti saya, dulu.
Bens Leo berbeda dengan wartawan musik umumnya yang cenderung ikut “nyeniman” dan tampil awut awutan. Mas Bens, seperti bukan wartawan musik, karena selalu tampil rapi dan bicaranya santun.
Pada hari berkabung bagi industri musik itu, setelah setahun kami kehilangannya – teman teman jurnalis menerbitkan buku “Tatkala Sejarah Musik Dicatat” – setebal 240 halaman yang merangkum kesan 123 para artis musisi, promotor, produser, wartawan dan pejabat pemerintah yang mengenal sosok Bens Leo.
Menurut Nini Sunny, wartawan yang menulis, buku ini ungkapan tanda cinta orang-orang yang mengenal Bens Leo.
Tim produksi buku ini adalah mereka yang sebelumnya membuat buku-buku tentang Chrisye. Mereka tergabung di Komunitas Kangen Chrisye (K2C) yang diketuai Ferry Mursyidan Baldan.
Kedua orang baik itu kini telah meninggalkan kita semua.
Semoga keduanya damai di alam keabadian. Amin ***