(41) BARATA DINOBATKAN JADI RAJA
Raden Ramayana tidak keberatan. Kedua terompahnya diserahkan kepada adiknya, Raden Barata untuk dibawa pulang ke Ayodya.
Sesampainya tiba di Ayodya. Raden Barata disambut dengan sukacita oleh Prabu Dasarata dan para kerabat istana Kerajaan Ayodya.
Tak lama kemudian ia dinobatkan menjadi raja Ayodya. Ia menjadi raja mewakili kakaknya, Raden Ramayana atau Raden Ramawijaya. Barata memerintah kerajaan Ayodya dengan adil dan bijaksana.
(42) HIDUP SEDERHANA
Siang itu angin bertiup semilir. Menerpa dedaunan, menari-nari. Suara burung bercericit riang di atas ranting dan dahan pepohonan seolah-olah sedang berbagi kegembiraan bersama.
Raden Ramayana dengan kedua adiknya, Raden Lesmana Murdaka dan Raden Satrugna tengah beristirahat siang. Sementara Dewi Sinta sedang menghidangkan ubi rebus di atas daun pisang.
“Kanda, ubi rebus yang dihidangkan oleh Kakanda Dewi Sinta ini rasanya sangat enak dan gurih,” kata Raden Satrugna kepada Raden Lesmana.
“Memangnya Dinda saja yang suka ubi? Kanda juga suka dengan ubi rebus semacam ini,” kata Lesmana.
(43) RAMA MERASA BERHUTANG BUDI
“Sudahlah, kalau memang Adinda menyukai masakan ubi ini; makanlah sampai habis. Saya masih mempunyai persediaan yang cukup di belakang untuk Kakanda Ramawijaya,” kata Dewi Sinta dengan lemah lembut.
Mendengar Sinta dan kedua adiknya bercakap-cakap dengan asyiknya, siang itu Rama tersenyum simpul. Ia merasa bersyukur kepada Sang Hyang Mahaagung karena ia telah dikaruniai saudara-saudara yang setia untuk menemani pengembaraannya.
“Lesmana, dan kau Dinda Satrugna”, kata Ramayana.
“Ya, kanda?!” Jawab mereka serentak.
“Kanda selama ini banyak berhutang budi pada dinda berdua,” kata Raden Ramawijaya.
“Mengapa Kanda berkata seperti itu?” Tanya Lesmana.