(46) MENOLONG WARGA DESA
“Mereka sangat bengis dan kejam. Warga kami yang tertangkap dijadikan mangsa oleh mereka. Raksasa Wirada memiliki kegemaran makan daging manusia. Tolong, tolonglah kami semua, Raden”, kata seorang resi tua itu.
“Kurang ajar sekali si Wirada itu! Baiklah, aku ‘sakadang’ (sesaudara) hendak menolong kalian semua.
Wirada tak pantas hidup di muka bumi. Raksasa-raksasa yang mengumbar hawa nafsu angkara murka yang jahat itu harus dimusnahkan dari muka bumi!” Kata Raden Ramawijaya.
“Lesmama.”
“Siap Kanda.”
“Lindungi kakandamu Dewi Sinta,
Satrugna.”
“Siap Kanda.”
“Jaga baik-baik semua warga desa ini. Penuhi semua kebutuhannya. Biarlah aku sendiri yang akan menumpas para raksasa yang bikin huru-hara di dalam Hutan Dandaka ini!”
(47) MENASIHATI DITYAKALA WIRADA
Tak lama kemudian datanglah Dityakala Wirada dan beberapa raksasa yang lain.
“Hualadalah!! Siapakah namamu?” tanya Dityakala Wirada.
“Namaku Raden Ramawijaya.”
“Hai, Raden Ramawijaya! Apakah engkau tahu buruanku?”
“Tak ada rusa menjangan yang lewat di sini!”
“Buruanku bukan seekor binatang!”
“Kalau bukan seekor binatang, lalu apa buruanmu itu?”
“Buruanku orang banyak. Mereka adalah penduduk kampung dari desa sebelah timur hutan Dandaka ini.”
“Salah mereka apa?”
“Mereka tidak mau menyediakan santapanku berupa seorang manusia setiap hari!”
“Jadi, engkau memangsa daging manusia?”
“Ya, memang itulah makanan kesukaanku!”
“Jahat benar engkau raksasa! Siapakah namamu?”
“Namaku Dityakala Wirada!”
“Hentikan perbuatan jahatmu itu!”
“Kalau tidak?”
“Aku yang akan menghentikanmu!”