(50) MENUMPAS WIRADA DAN PRAJURITNYA
Raden Ramayana lama-lama merasa payah pula. Akhirnya ia ingin segera menyelesaikan peperangan itu dengan secepat-cepatnya.
Ia segera mengambil anak panah dan busurnya. Dengan sigap anak panah itu ditarik kuat-kuat dari busurnya. Kemudian dilepaskan tepat mengenai dada Dityakala Wirada, dan tewas seketika.
Prajurit raksasa pengikut Wirada setelah mengetahui pimpinannya tewas di medan laga, mereka mengamuk membabi buta.
Raden Ramayana atau Raden Ramawijaya berhasil menyapu bersih mereka, tiada tersisa.
(51) KEGEMBIRAAN WARGA DESA
Betapa gembiranya hati seluruh penduduk desa setelah mereka mengetahui, jika Raden Rama Wijaya “unggul ing payudan” (menang dalam peperangan). Mereka mengucapkan terima kasih kepada Raden Rama Wijaya.
Mereka kembali hidup tenang di desa masing-masing.
“Oh, Raden. Betapa besar
jasa Raden Rama pada kami semua. Sekarang kami bebas dari gangguan para raksasa yang mengancam keselamatan hidup kami. Jika Raden Rama ‘sakadang’ (sesaudara) berkenan tinggal bersama kami, kami akan menerimanya dengan senang hati”, kata sang Resi mewakili penduduk desa.
(52) RASA HARU WARGA DESA
“Terima kasih atas tawaran baik sang Resi. Namun demikian, kami belum bisa memenuhi permintaan kalian, karena kami harus menjalani pengembaraan di dalam Hutan Dandaka ini untuk beberapa tahun lagi lamanya.”
“Kalau begitu, kita saling mendoakan saja semoga kita semua selalu diberi rahmat kekuatan, ketabahan, dan keselamatan setiap saat,” kata sang Resi.
Mereka saling berpelukan sebelum berpisah. Mata mereka berkaca-kaca, menahan rasa haru.
Sejak saat itulah, penduduk sekitar Hutan Dandaka sering mengirimkan hasil bumi mereka berupa bahan makanan dan minuman pada Raden Ramawijaya ‘sakadang’ (sesaudara) di dalam Hutan Dandaka.