63. RADEN RAMAWIJAYA MENGHENTIKAN LESMANA MURDAKA
Raden Lesmana berusaha untuk mengejar
Dewi Sarpakenaka dan hendak membunuhnya.
Tetapi Raden Ramawijaya dan Raden Satrugna
mencegahnya.
“Dinda Lesmana, tahan dulu amarahmu!
Ketahuilah, membunuh lawan yang sudah tidak berdaya
tu adalah perbuatan yang nista bagi seorang satria.
Apalagi Dewi Sarpakenaka telah berlari meninggalkan
medan laga.
Artinya, ia mengaku kalah.
Orang yang kalah adalah orang yang lemah,
tak berdaya.
Tidak perwira kalau kita membunuhnya.
“Maafkan Lesmana, Kanda. Lesmana sedang kilap.”
“Ya, tidak mengapa, tetapi ingatlah semua pesan
yang telah kusampaikan kepadamu.”
“Baiklah, Kanda. Semua pesan bijak dari Kanda
Ramawijaya akan selalu kuingat.”
Begitulah Raden Ramawijaya mengajari
adik-adiknya untuk menjadi seorang satria
yang gagah perkasa, arif dan bijaksana.
Semua peristiwa pasti ada hikmahnya.
64. DIRUNDUNG MALANG
Sarpakenaka dirundung malang. Mimpi indah yang berbuah musibah.
” Sabar Sang Dewi!?” Kata seorang prajurit.
“Iya, aku harus lebih bersabar. Suatu saat nanti kita pasti bisa menuntut balas!’ lagi-lagi kata Dewi Sarpakenaka.
“Menuntut balas?”
“Iya, kapan-kapan!”
“Kita sudah kalah!”
“Kanda Rahwana pasti tidak terima!”
“Betul! Tetapi, lihatlah aku sudah tidak punya kedua telinga lagi!”
“Masih beruntung, kita tidak dibunuh oleh musuh!”
“Itulah keberuntungan kita!”
“Apakah kita sebaiknya tidak beristirahat dulu?”
“Tidak perlu! Ayo, kita segera pulang!”
Dengan sangat sedih mereka pun segera melanjutkan perjalanan pulang ke Alengka.