73. PERJUANGAN GARUDEA YANG GAGAL
Dengan secepat kilat Dewi Sinta dibawa terbang oleh Ramayana.
“He, Rama! Lihatlah, Sinta istrimu telah berhasil kuculik dan kubawa ke Kerajaan Alengkadiraja sebagai istriku, hahaha!”
“Tolong! Kakanda Ramayana!” Teriak Dewi Sinta dengan kerasnya.
Teriakan Dewi Sinta yang keras itu didengar oleh Burung Garudea. Ia adalah seekor burung sahabat baik Raden Ramayana.
Cepat-cepat ia terbang ke arah Dewi Sinta yang diculik dan dibawa terbang oleh Rahwana. Rahwana dipatuk kepalanya tetapi ia tak merasakannya. Rahwana balik menyerang Burung Garudea. Akhirnya pertempuran sengit antara keduanya tak dapat terelakkan. Burung Garudea kalah perang melawan Rahwana yang sakti mandraguna itu.
Sayapnya yang sebelah kiri patah terkena pedang Rahwana. Ia tak kuat lagi terbang. Namun demikian ia terus berusaha keras agar bisa jatuh di depan Ramayana, Lesmana, dan Satrugna.
Sementara Rahwana atau Prabu Dasamuka bisa terbang dengan bebasnya membawa Dewi Sinta menuju Kerajaan Alengkadiraja.
74. SALAH PAHAM
Melihat Garuda burung sahabatnya yang jatuh di depannya dengan darah yang membasahi sayapnya karena patah, Ramayana hanya menatap tajam kepadanya. Prasangka buruk timbul di dalam hatinya. Ia mengira bahwa si Garudea telah berani mengganggu cinta pujaan hatinya. Apalagi terdengar suara keras dari angkasa.
“Rama, dia si Burung Garudea sahabatmu itu telah melukai Dewi Sinta, kekasihmu!”
“Jangan percaya, itu suara Rahwana yang menculik Dewi Sinta untuk dibawa ke Kerajaan Alengkadiraja,” kata Burung Garudea dengan suara serak tak jelas didengar oleh Raden Ramayana.
Mendengar kabar yang simpang siur hati Ramayana menjadi bingung. Cerita burung Garudea yang sebenarnya, telah tertutup oleh suara keras Dasamuka yang diulang-ulang dari ketinggian langit. Akhirnya terjadilah salah paham antara Raden Ramayana dan Burung Garudea. Ia tega melepaskan anak panahnya tepat mengenai dada Burung Garudea sahabatnya itu dan seketika itu pula, ia gugur sebagai kusuma bangsa.
75. PRABU DASARATA SAKIT KERAS
Semenjak Dewi Kekayi menagih janji, Prabu Dasarata yang sudah “rereh keprabon”, tidak menjadi raja di Ayodya, kesehatannya mulai menurun. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena batin dan rasanya tidak cocok dengan kenyataan.
Ia juga mengkhawatirkan keberadaan Raden Ramawijaya ‘sakadang’, sesaudara di dalam Hutan Dandaka.
“Raghu, benarkah Dewi Sinta diculik oleh Raja Alengkadiraja yang tamak dan kejam itu?”
“Sinuwun, janganlah Si nuwun terlalu memikirkan banyak hal, biar kesehatan Sinuwun segara pulih kembali seperti sedia kala,” kata Dewi Raghu.
“Apakah putraku Dasarata sudah mengetahui hal ini?”
“Sudah. Ananda Raja Barata bahkan telah menyamar masuk Hutan Dandaka mencari anak kita Ramayana, Lesmana, dan Satrugna.”
“Syukurlah kalau begitu. Sekarang hatiku sedikit lega mendengar kabar ini.”
“Iya, Sinuwun. Banyaklah beristirahat,” kata Dewi Raghu.