(20) GANDHEWA BAJA
Banyak para raja di luar kerajaan Manthilidirja yang ingin “bebesanan” (menikahkan anak) lelakinya dengan Dewi Sinta. Maksud yang demikian itu ada yang terang-terangan melamar maupun yang sembunyi-sembunyi.
Prabu Janaka mulai mengkhawatirkan keselamatam Dewi Sinta. Ia juga khawatir jika sampai terjadi pertumpahan darah di dalam kerajaannya.
Prabu Janaka memiliki pusaka kerajaan yang sakti mandraguna namanya ” Gandewa Baja”. Pusaka ini sangat berat. Hanya Prabu Janaka yang mampu mengangkatnya.
(21) SAYEMBATA KERAJAAN MANTHILI
Setelah kekhawatiran Prabu Janaka memuncak, maka muncullah ide Prabu Janaka untuk melindungi kerajaannya dari kehancuran, sekaligus untuk menyelamatkan Dewi Sinta.
Prabu Janaka mengumumkan “Giri Patembaya” (sayembara). Barangsiapa mampu mengangkat Gandewa Baja, pusaka Kerajaan Manthilidirja itu dialah yang berhak menjadi suami dari Dewi Sinta.
Pengumuman sayembara mengangkat gandewa baja atau busur panah yang terbuat dari baja itu akhirnya sampai pula di telinga raja Ayodya, Prabu Dasarata.
Mendengar kabar sayembara itu bersukacitalah Prabu Dasarata.
(22) MENGIKUTI SAYEMBARA
Dalam pertemuan agung di pendapa Kerajaan Ayodya, Prabu Dasarata mengangkat isu tentang sayembara yang diadakan oleh Prabu Janaka Raja Manthilidirja. Pertemuan agung itu dihadiri oleh 3 istri Prabu Dasarata, para putra, patih Ayodya, Jayareksaka dan seluruh kerabat kerajaan Ayodya.
Dalam pertemuan agung itu disepakati bahwa Raden Ramayana yang diajukan untuk mengikuti sayembara di Kerajaan Manthilidirja. Pertimbangannya, Raden Ramayana, putra tertua yang menguasai banyak ilmu dan telah diangkat sebagai Pangeran Pati atau Putra Mahkota yang hendak meneruskan menjadi raja di Ayodya menggantikan ramandanya, Prabu Dasarata setelah menyerahkan tahta kerajaannya.
( bersambung )