93) ANJANI NYANTUKA
Bertapa seperti seekor kodok atau katak dengan membuka mulut sambil berendam di dalam air sungguhlah sangat berat. Apalagi harus dilakukan siang dan malam.
Ulah laku tanpa Dewi Anjani membikin gara-gara di Kayangan Jungringsaloka. Kayangan seperti diguncang gempa yang hebat dan dahsyat.
Raja Dewa, Batara Guru dan Dewa Narada pergi ke tempat Dewi Anjani yang sedang bertapa ‘nyantuka’.
“Kakang Narada. Aku hendak melemparkan daun ‘sinom’ (daun asam yang masih muda) ini kepada Anjani. Kasihan sekali Kakang?!”
“O, silakan Adhi Guru.”
Batara Guru melemparkan Sinom atau daun asam muda dan sinom itu dimakan oleh Dewi Anjani. Setelah peristiwa itu, keajaiban alam pun terjadi. Dewi Anjani hanggarbini (hamil).
(94) ANOMAN TAKON BAPA (1)
Setelah genap usia kehamilan Dewi Anjani, yaitu 9 bulan 15 hari, ia melahirkan seorang anak laki-laki berwujud seekor kera berbulu putih bersih.
Ia diasuh oleh seorang Resi jelmaan Dewa Brahma.
Pada suatu hari, kera putih yang sudah beranjak remaja itu ‘takon bapa’ (tanya ayah) kepada Sang Resi. Ia ingin mengetahui siapa ayahnya. Oleh Sang Resi, ia supaya pergi ke Kayangan tanya kepada para dewa siapa ayahnya.
Singkat cerita, sampailah si Kera Putih di Kayangan. Setiap Dewa yang ditanya siapa ayahnya dan menjawab tidak tahu oleh si Kera Putih dihajar habis-habisan.
Di dalam Kayangan Suralaya si Kera Putih juga bertemu Bathara Narada atau Resi Kanekaputera.
“Siapa namamu?” Tanya KerabPutih.
“Namaku Bathara Narada.”
“Engkau juga seorang Dewa?”
“Ya, aku Dewa.”
“Siapa namaku dan siapa ayahku?”
“Ayo kuantar kamu menghadap Raja Dewa, Bathara Guru.” Kata Bathara Narada.
(95) ANOMAN TAKON BAPA (2)
Setelah di hadapan Raja Dewa, Kera Putih diam seribu bahasa.
“Kakang Narada, si Kera Putih ini siapa?”
“Silakan ditanya sendiri Adhi Guru.”
“Kera Putih, apa perlumu datang di Kayangan Suralaya ini?”
“Aku hanya ingin bertanya.”
“Bertanya tentang apa?”
“Siapa nama ayahku dan siapa pula namaku?”
“Ibumu siapa?”
“Ibuku Dewi Anjani.”
“Kakang Narada, ini anak Dewa Anjani. Aku ingat, ketika aku melempar sinom kepadanya, dan dimakan olehnya saat Anjani bertapa nyantuka.”
“Benar Adhi Guru.”
“Kalau begitu, kamu anakku dan aku ayahmu.”
“Oh, ayah.” Si Kera Putih terharu.