(96) ANOMAN TAKON BAPA (3)
“Kemudian, siapakah namaku ayah?
“E, jangan menyebut ayah! Dewa itu sebutannya Pukulun.”
“Siapakah namaku, Rama pukulun?”
“La dala, rak ya ngono.” ( la, kan ya begitu)
“Karena ibumu mengandungmu akibat dari daun asam yang masih muda atau sinom yang kulempar dan dimakan oleh ibumu, maka kamu saya beri nama Raden Anoman.”
“Raden Anoman?!”
“Ya, Raden Anoman, atau Raden Senggana.”
“Terima kasih Rama Pukulun.”
“Dewa kok ya memiliki anak kera!?”
“Kakang Narada jangan berkata seperti itu. Ingat-ingatlah, mulai saat ini semua Dewa nantinya akan memiliki seorang anak berwajah kera.”
“Anoman, mulai sekarang kamu harus mengabdikan dirimu kepada Prabu Ramawijaya, Raja di Kerajaan Ayodya.”
“Siap Rama Pukulun, Anoman mohon diri.”
(97) ANOMAN MERAPAT KE AYODYA
Ketika Prabu Ramawijaya mengadakan parepatan agung atau pertemuan agung di balairung istana Kerajaan Ayodya datanglah Raden Anoman.
“Oh Kera Putih, siapakah dirimu sebenarnya?”
“Hamba adalah putra Dewi Anjani dari Agrastina. Nama hamba Raden Anoman atau Raden Senggana.”
“Oh, Anoman, lalu apa maksud Anoman datang kemari?”
“Hamba ingin mengabdi kepada Sinuwun Prabu Ramawijaya sebagai seorang prajurit untuk memperkuat ketahanan Kerajaan Ayodya.”
“Terima kasih, engkau telah bersedia bergabung dengan kami.”
“Puji syukur Gusti, pengabdian hamba diterima oleh Gusti Prabu Ramayana.”
(98) DEWI TARA DICULIK
Kayangan Suralaya berguncang kembali gara-gara Dewi Tara diculik oleh Raja Gua Kiskendhapura bernama Mahesasura. Mahesasura memiliki seorang adik bernama Lembusura dan patihnya bernama Jathasura.
Mahesasura dan Lembusura dikenal sakti mandraguna pilih tanding selalu jaya dalam palagan atau peperangan.
Atas usul dan kesepakatan para dewa, Batara Guru menunjuk Raden Guarsa dan Raden Guarsi yang sedang bertapa ngalong untuk merebut atau membebaskan Dewi Tara dari cengkeraman dan kekuasaan Mahesasura dan Lembusura.
Berangkatlah Batara Narada menemui Raden Guarsa dan Raden Guarsi.
“Guarsa, Guarsi, hentikan tapamu!”
“Ada apa Pukulun?”
“Dewa menjagokan kalian untuk merebut Dewi Tara dari tangan Mahesasura dan Lembusura di Kerajaan Gua Kiskendhapura.”
“Sendika Dhawuh, siap Pukulun.”