(91) BERTEMU BERTIGA
“Siapa kamu hai, perempuan?”
“Aku Dewi Anjani.”
“Dewi Anjani?’
“Ya, Dewi Anjani. Kalian siapa? Jangan berbuat jahat padaku ya?!”
“Kakang Mbok Anjani Dimas,” kata Raden Guarso lirih kepada Raden Guwarsi.
“Kita jawab dulu pertanyaannya atau kita teruskan bertanya?”
“Kita tanya lagi!”
“Oke!’
“Hai, wanita! Kalau namamu Dewi Anjani, siapa nama ayahmu?”
“Resi Gotama, ibuku Dewi windradi yang dikutuk jadi tugu batu oleh Ramanda Resi Gotama.”
Mereka dengan rasa haru saling berpelukan menyesali nasibnya.
“Anakku, Anjani, Guarsa dan Guarsi!!!” Seru Resi Gotama.
(92) NASIHAT RESI GOTAMA
Ketiga anak Resi Gotama menangis tersedu-sedu di hadapan Sang Resi. Hati Sang Resi juga tampak susah melihat anak-anaknya menjadi buruk rupa berwajah kera.
“Nasi telah menjadi bubur anak-anakku. Ini sebuah takdir yang harus kalian jalani.”
“Romo Resi, pulihkanlah wajahku seperti sedia kala.” Rintih Dewi Anjani.
“Iya Romo, pulihkan wajah kami jadi bagus seperti dulu.” Kata Guarsa dan Guarsi.
“Tidak bisa, anak-anakku. Hanya saja, kalian harus bertobat. Setelah itu harus berbuat baik” kata Resi Gotama.
“Anjani, engkau harus berpuasa kungkum dan nyantuka seperti seekor kodok. Jangan makan apa pun selain makanan yang masuk ke dalam mulutmu. Oleh sebab itu, mulutmu harus tetap terbuka terus selama berendam di dalam air.
Sedangkan Guarsa dan Guarsi kalian harus bertapa ‘ngalong’ dengan kaki ditautkan pada ranting kayu dan posisi kepala berada di bawah.