Seide.id – Orangtua pasti panik saat mendapati anaknya kejang. Betulkah kejang pertanda epilepsi?
Belum tentu. Kejang pada anak pertanda beberapa kemungkinan. Secara garis besar bisa dipisahkan menjadi epilepsi dan bukan epilepsi.
Yang kategori bukan epilepsi pun dibedakan menjadi beberapa kemungkinan lagi. Di antaranya kejang karena gangguan elektrolit, contohnya natrium dan kalsium), infeksi di selaput otak, perdarahan otak, kejang demam (=kejang yang timbul karena demam).
Jenis kejang yang sering terjadi pada anak adalah kejang demam. Pada kondisi ini selalu ada demam yang diikuti dengan kejang. Jika terjadi kejang berulang tanpa disertai demam, harus diwaspadai kemungkinan epilepsi. Walau kemungkinan lain masih ada seperti yang telah disebutkan di atas.
Untuk mengetahui epilepsi atau bukan, perlu dilakukan pemeriksaan EEG (Electroencephalography atau rekaman gelombang listrik di otak). Hasil rekaman yang tak normal menyokong kemungkinan adanya epilepsi, namun bukan memastikan.
Epilepsi atau ayan adalah gangguan pelepasan muatan listrik d otak. Akibatnya timbul gejala kejang. Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) sangat berpotensi merusak sel-sel otak. Hingga dapat mempengaruhi kecerdasan maupun perkembangan motoriknya kelak. Sedangkan kejang yang berlangsung singkat, hanya dalam hitungan detik, relatif tak mengganggu fungsi otak.
Penyebab epilepsi ada beberapa macam. Di antaranya, riwayat kelahiran yang sulit hingga bayi kekurangan oksigen saat lahir. Perdarahan otak akibat jatuh yang berat, dan lainnya. Epilepsi dapat disembuhkan, namun perlu pengobatan teratur dan intensif serta makan waktu lama.
Seorang anak yang menderita kejang tanpa disertai demam dan timbul berulang, sangat mungkin menderita epilepsi. Bila di usia 6 bulan belum dapat tengkurap, patut dicurigai ada keterlambatan dalam perkembangannya. Namun jika ia sudah mulai belajar berjalan di usia 11-12 bulan berarti ia sudah mengejar ketertinggalannya.
Selain mencermati pola kejangnya, perlu juga diperiksa lingkar kepalanya apakah normal atau tidak. Jika lingkar kepala kecil atau terlalu besar, ada baiknya diperiksakan lebih lanjut dengan USG kepala atau CT Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat anatomi/bentuk otaknya untuk mengevaluasi apakah ada kelainan atau tidak.
Dokter spesialis anak biasanya memiliki pengetahuan cukup untuk menangani kasus kejang atau epilepsi. Namun jika membutuhkan kepastian lebih lanjut, silakan memeriksakan anak ke dokter anak yang mengambil subspesialisasi saraf anak. (Puspayanti – Nakita)