Nguwongke Sesama Dengan Cinta

“Tidak ada gunanya melihat masa kelam orang, lebih baik, jika kita melihat perubahan hidupnya saat ini.”

Itulah kebijaksanaan. Jiwa yang dicerahkan itu melihat masa depan makin terang. Tidak sebaliknya, makin ditenggelamkan ke dalam penyesalan.

Kenyataannya, banyak hal buruk sering kali dipertontonkan oleh orang di sekitar kita. Mereka tidak mau menerima warganya yang mantan pesakitan. Ada yang dikucilkan, ada pula yang diusir. Alasannya agar perbuatan orang itu tidak mencemari lingkungan. Orang jahat itu sulit bertobat. Dan seterusnya.

Cobalah mawas diri agar kita tidak saling menyakiti. Apakah kita ini sungguh baik hati dan tidak bercela, sehingga berani menilai dan menghakimi sesama.

Padahal hidup adalah kesempatan untuk bertumbuh, dan makin bertambah baik.

Tidak semestinya kita jadi apriori, iri, atau bahkan dengki melihat orang lain sukses. Apalagi kita jadi curiga, tendensius, dan berprasangka jahat.

“Dulu sekolahnya bodoh, tidak ngetop, makan pun susah… Bisa jadi dia kaya itu dari hasil korupsi, pesugihan, …”

Orang lain maju, bahkan mungkin lebih sukses dari kita, seharusnya kita ikut bahagia. Kita seharusnya termotivasi untuk mengikuti jejaknya. Kita makin tertantang dan pantang menyerah agar kita juga sukses.

Saat kita cenderung stagnan, itu karena kita merasa puas dengan hasil capaian atau merasa lebih hebat ketimbang orang lain.

Sukses masa lalu sering kali membuat kita terlena, tinggi hati,  tidak mau disaingi, dan dikalahkan oleh kenyataan. Bahwa ada orang yang lebih sukses ketimbang kita. Apalagi, dulu orang itu dipandang sebelah mata dan diremehkan.

Sekiranya hidup itu kesempatan untuk bertumbuh makin baik, berarti kita diajak untuk terus mengeksplorasi talenta diri agar hidup kita makin bermakna.

Alangkah bijak, jika ada mantan pesakitan yang kembali ke tengah masyarakat, itu tidak dikucilkan, dijauhi, atau diusir. Tapi didukung untuk dibina dan diuwongke. Karena mereka itu bagian dari masyarakat, dan saudara kita juga.

Eling lan waspada itu penting. Tapi, bukan berarti berhak untuk menghakimi sesama, melainkan kita diajak bertanggung jawab untuk memberdayakan sesama dengan cinta.

Foto : Chris Liverani / Unsplash

Lemari Peduli, Upaya Membantu Sesama Disaat Pandemi

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang