Setelah Ahok, Kini Pramono Anung dan Rano Karno

Seide.id -Anda ternasuk salah seorang yang kaget Pramono Anung diusung PDIP sebagai Cagub Jakarta?
Jangankan Anda.. Istri Pramono Anung sendiri itu lho, sampai terkaget- kaget.
Istri yang terkaget-kaget ini kemungkinan batal kondangan ke Italia.

Pramono Anung, Sekertaris Kabinet Presiden Jokowi, diusung oleh partainya PDIP untuk maju sebagai paslon Cagub dengan Rano Karno sebagai Cawagub Jakarta pada 2024.

Awalnya PDIP berencana memajukan Basuki Tjahaja PurnamaAhok, karena elektabilitas Ahok, menurut survei Kompas, berada di peringkat kedua setelah Anies Baswedan. Tapi untuk kepuasan kinerja masyarakat, posisi Ahok jauh di atas Anies.

Kemudian datang angin semilir.. Masuk nama Anies yang didukung oleh sebagian kader PDIP untuk diusung oleh PDIP. Tentu saja dengan embel-embel, Anies pasti menang melawan Ridwan Kamil. -Ahok masuk kotak.

Padahal, ini sangat rawan untuk PDIP. Baik secara angka mau pun eksistensi, masa depan dari partai yang mengukuhkan diri berpegang teguh pada ideologi Pancasila. Hal ini juga yang membuat PDIP dan Anies disebut bak minyak dan air.

Sedang untuk hitungan angka, jawaban dari pertanyaan sederhana ini mampu berbicara banyak.

Jika Anies bergabung, nurut pada PDIP, apakah pendukungnya tidak akan kabur? Dan apakah pendukung Ahok juga tidak kabur?
Kemenangan Ridwan Kamil sudah tergambar.

Lantas kalau kalah juga, kenapa harus Anies? Kenapa tidak Ahok?

Dengan Ahok, kalah atau menang, PDIP tetap jadi pemenang. Menang sebagai partai yang teguh memegang prinsip ideologi, kebenaran, keadilan dan menghargai loyalitas. Partai ini kelak akan menjadi partai yang dipercaya karena keteguhannya.. Partai ini pun akan jadi tempat masyarakat berlabuh.

Tapi, belum tentu juga kan Ahok kalah. Seharusnya, ini momen yang tepat bagi PDIP untuk membuktikan diri sebagai partai yang tidak takut berperang demi menegakan kebenaran dan keadilan. Bukankah selama ini PDIP mengakui Ahok tidak bersalah? Masyarakat juga tahu itu.

Jangan heran kalau timbul pertanyaan semacam ini..
“Kalau untuk Ahok yang telah memberi banyak untuk masyarakat dan merupakan kadernya PDIP tidak berani perang, apalagi untuk masyarakat..”

Tapi itu memang hak PDIP untuk mencalonkan siapa pun, seperti juga hak pemilih untuk menolak usungan PDIP. Dan antara partai dan pemilih juga tidak ada ikatan. Yang ‘mengikat mayoritas’ adalah kadernya.

Ahok memang tidak dicalonkan lagi dan Anies ditolak. Kini PDIP tampil dengan Pramono Anung meski elektabilitasnya tidak terdengar.

Tapi Pramono Anung sudah minta restu dari Presiden Jokowi. Dua kali. Dan direstui.

“Ketika izin pertama Pak Jokowi berkata ‘mas tidak banyak orang yang mendapat kesempatan ini’. Besoknya saya minta izin kembali ke presiden karena permintaan partai akhirnya beliau bilang ya sudah maju aja bismillah. Artinya saya sudah dapat izin dari keluarga istri, presiden dan PDIP,” kata Pramono, (28/8)

Bahkan oleh presiden, Pramono Anung sudah diminta ke kedua belas titik. Koordinat mungkin ya? Menteri- menteri juga mendukung.

Jadi soal kenapa Pramono Anung yang dicalonkan, tidak usah tanya-tanya lagi. Itu urusan PDIP.

Dan tidak usah terkaget-kaget. Cukup istri Pramono Anung saja yang terkaget-kaget.
(ricke senduk)

Soekarno, Sarinah dan Cintanya

Avatar photo

About Ricke Senduk

Jurnalis, Penulis, tinggal di Jakarta Selatan