Pemimpin sejati menunjukkan jati diri keberpihakan kepada rakyat. Bukan pribadinya ( Foto : Gramedia)
Calon pemimpin adalah sebuah proses kepemimpinan. Menjadi pemimpin adalah hasil. Baik saat menjabat dan sesudah menjabat. Masyarakata akan memberikan penilaian kepemiminan selama seseorang berkuasa. Sayangnya di Indonesia, setiap pemimpin yang akan berakhir masa jabatannya, diakhiri dengan kurang mulus. Baik oleh hasil dari kepemimpinannya maupuj penilaian sebagian masyarakat.
Hura-hura dan pesta demokrasi sekedar pesta untuk menegakkan impian para pemimpin. Namun, masyarakat peserta pesta demokrasi harus sadar bahwa mereka bisa ditinggalkan oleh pemimpin yang mereka puja-puji. Pemimpin yang mereka orbitkan dengan penukauan suka atau tidak. Namun pemimpin sejati akan menepati janji.
Presiden Soekarno menepati janji untuk menjadikan Indonesia negara mandiri. Sayangnya campur tangan asing- Amerika dan CIAnya- telah menghentikan cita-cita yagn menggelora dai Soekarno.
Soeharto meninggalkan jejak kelam yang rumit dan penuh luka. Banyak kematian menyertai kepemimpinan Soeharto selama 30 tahun. Orang-orang sekitarnya mendorong Soeharto menjadi seorang tiran dan mereka memperoleh nikmat ekonomi darinya.
Abdulrahman Wahid meninggalkan pelajaran berdemokrasi dan kebebasan berkarakter, namun rakyat tak suka dengan cara-cara yang melawan arus.
Jokowi memperlihatan figur seorang pemimpin yang cukup berani dan bermimpi tehtang Indonesia maju. Sayangnya di saat-saat terakhir, istana negara berbau “ busuk” yang menyertai sikapnya yang diam. Indonesia di bawsah Jokowi menjadi negara heibat,sejajar dengan negara-negara raksasa dunia. Baik dari segi ekonomi, pembangunan dan sikap kemandiriannya.
Jokowi banyak melahirkan musuh yang tidak menyukai karena kerasnya dia dalam hal memberantas peluang korupsi dan kesempatan orang-orang mengeruk aset negara. Tapi Jokowi meninggalkan jejak nepotisme yang kelak dituduhkan padanya yang perlu dibuktikan kebenarannya.
Pemimpin baru akan menunjukkan keberpihakan. Terutama tentu kepada rakyat yang dipimpinnya. Kalau hanya bertujuan menanga dan tak punya hasil nyata, ia sedang mabuk berkuasa.