Sesabar-sabarnya hidup berumah tangga, lebih sabar dan tabah itu pasangan suami istri yang berani menerima kenyataan hidup dan mensyukurinya.
Jangan bilang, konflik dalam berumah tangga itu sebagai bumbu penyedap hubungan. Sebab, percikan api itu harus diwaspadai agar tidak membakar dan mengobarkan emosi.
Apapun konfliknya, itu datang dari yang jahat. Realita itu harus disikapi dengan bijak.
Caranya, mengalah dan mengalah. Dengan mengalah, kita meredam emosi. Mengalah itu juga tidak berarti mengakui salah, tapi kita sadar diri untuk introspeksi.
Mengalah itu untuk banyak mendengar agar kita belajar untuk melihat jelas akar permasalahan konflik dan semakin memahami pasangan kita.
Berani jujur dan bersikap terbuka adalah modal utama kita untuk mengatasi konflik. Dengan bersikap jujur dan terbuka, kita merajut hidup berumah tangga untuk saling percaya, tanpa curiga.
Tak ada masalah atau konflik yang tidak teratasi, ketika kita juga berbesar hati untuk berani mengakui salah dan meminta maaf.
Maaf dan ampunan itu adalah oase penyegar untuk mencerahkan hidup berumah tangga agar kita memiliki komitmen untuk setia menjunjung tinggi janji pernikahan suci. Saling menyayangi dan mengasihi satu dengan yang lain.
Semoga kita semua diberkati-Nya untuk sukses membangun keluarga sejahtera dan bahagia.